Wednesday, July 6, 2011

Perhatikanlah Puasamu!


Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi terakhir, Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabat dan siapa saja yang mengambil petunjuknya hingga hari kiamat.

Adapun selanjutnya:

Puasa (termasuk puasa Ramadhan) begitu sensitif terpengaruh oleh amal-amal dan ucapan-ucapan orang yang puasa. Karenanya wahai saudaraku Muslim, perhatikanlah puasamu dengan perhatian yang sangat, agar diterima di sisi Allah -azzawajalla-, beroleh buah ketakwaan kepada Allah. Dengan cara:

1. Jagalah puasamu dengan sebenar-benar penjagaan dari berkata zûr (dusta dan lain sebagainya). Setiap perkataan yang batil diharamkan. Jangan bicara sebelum menyadari, memahami dan jelas bagimu. Jika perkataan itu baik dan benar maka ungkapkanlah. Jika mengandung perkataan haram, tinggalkanlah. Ingatlah, jika engkau mengungkapkan yang haram, maka pahala puasamu seketika itu juga sirna, sehingga yang tersisa padamu hanya lapar dan dahaga.

Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

( رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ )

“Berapa banyak orang puasa yang didapat dari puasanya hanya lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam yang didapat dari shalatnya hanya bergadang.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits sahih]

Dinukilkan oleh at-Thabarani di dalam kitab al-Kabîr:

( رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ )

“Berapa banyak orang puasa yang didapat dari puasanya hanya lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat (malam) yang didapat dari shalatnya hanya bergadang.” [Hadits sahih]



2. Jaga puasamu dari melakukan perbuatan zûr (amalan yang diharamkan). Hitung amal-amal anggota tubuhmu: kedua kakimu, kedua tanganmu, makananmu, minumanmu, pakaianmu, obat-obatanmu, amalanmu, segala amanah titipan, hak-hak Allah, hak-hak sesama dan hak-hak jiwa yang menjadi tanggung jawabmu. Lakukanlah segala yang diwajibkan Allah kepadamu, dan tinggalkan segala yang diharamkan kepadamu. Ketahuilah, jika engkau tidak meninggalkan perkataan zûr dan perbuatannya, yang kau dapat dari puasamu hanya lapar dan dahaga.

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )

“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan zûr (keji) dan perbuatannya, Allah tidak butuh dengan makan dan minum yang ditinggalkannya.” [HR. Al-Bukhari]



3. Hindari perkataan sia-sia, perkataan kotor dan setiap yang membangkitkan syahwat yang dapat membatalkan puasa atau melemahkan nilai pahala, yang disebut ar-Rofs. Ketahuilah bahwa puasa bukanlah (semata) meninggalkan makan dan minum saja, akan tetapi dari segala yang diharamkan dan yang dapat menjadi sebab.

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

( ليس الصيام من الأكل والشرب إنما الصيام من اللغو والرفث )

“Tidaklah (hakikat) puasa itu menahan diri dari makan dan minum, tetapi berpuasa (menahan diri) dari kesia-siaan dan ar-rofs (perkataan tidak senonoh)...” [HR. Al-Hakim. Hadits sahih sesuai dengan syarat Muslim yang tidak dikeluarkannya dalam sahihnya]



4. Tinggalkan perbuatan bodoh ketika engkau puasa. Jangan melakukan kebodohan kepada seorang pun atau kepada binatang, agar engkau tidak melakukannya kepada anak-anakmu, istri, pekerja atau selain mereka. Itu untuk menjaga puasamu. Jangan melakukan aktivitas seksual dengan istrimu (di siang Ramadhan) yang dapat membuatmu bernafsu dan keluar madzi[1]. Karena hal itu melemahkan pahala puasa. Kebodohan dan ketidaksenonohan dapat menghilangkan pahala puasamu, maka berhati-hatilah.

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

(( إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ ))

“Jika salah seorang dari kalian sendang puasa, janganlah berbuat tidak senonoh maupun berbuat kebodohan.” [HR. Al-Bukhari]



5. Jika sedang puasa, jagalah pahala puasamu. Tinggalkan gelak tawa, debat dan berkoar-koar. Jadilah orang yang kalem dan tenang pikiran. Jika engkau ada perselisihan yang perlu meninggikan suara, akhirkan perselisihan itu hingga selesai berbuka puasa.

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

( وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ )

“Jika salah seorang dari kalian sedang puasa, janganlah berbuat tidak senonoh dan jangan mengomel.” [HR. Al-Bukhari]



6. Bersungguh-sungguhlah dalam menjaga puasamu (baik keabsahannya maupun kesempurnaan pahalanya). Hingga seandainya ada yang mencelamu, memerangimu, atau menghinamu, jangan membalasnya kecuali dengan ungkapan: “Saya sedang puasa, saya sedang puasa.”

Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

( وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ )

“Jika ada orang yang mengajakmu bertengkar atau mencelamu, katakanlah: ‘Aku sedang puasa, aku sedang puasa..” [HR. As-Syaikhân]

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:

( فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ )

“Jika seseorang mencelamu atau mengajakmu bertengkar hendaknya engkau berkata: “Saya sedang puasa.”



7. Perhatikanlah puasamu benar-benar! Jagalah ia dari apa-apa yang dapat menghilangkan pahalanya, melemahkannya, atau mempengaruhinya. Jadilah orang yang berakal, tenang, pemaaf dari apa yang memang hakmu, jauh dari ucapan atau perbuatan haram atau yang sepertinya.

Allah lah pemberi taufik.



Muhammad Ibn Syâmi Muthâin Syaibah

AGAR KAMU LEBIH DICINTAI ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALAA


عن أبي هريرة t قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " المؤمن القوي، خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف ، وفي كل خير احرص على ما ينفعك ، واستعن بالله ولا تعجز ، وإن أصابك شيء ، فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ، ولكن قل قدر الله وما شاء فعل ، فإن لو تفتح عمل الشيطان " (رواه مسلم )

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah berkata, ‘Seandainya dahulu aku berbuat demikian niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang dia inginkan maka tentu Dia kerjakan.’ Dikarenakan ucapan ’seandainya’ itu akan membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim [2664] lihat Syarh Nawawi, jilid 8 hal. 260).

Hadits yang mulia ini menunjukkan beberapa hal:

Pertama:

Allah ta’ala memiliki sifat cinta kepada sesuatu. Kecintaan Allah kepada sesuatu bertingkat-tingkat, kecintaan-Nya kepada mukmin yang kuat lebih dalam daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah.

Orang mukmin yang kuat adalah orang yang menyempurnakan dirinya dengan 4 hal;
[1] ilmu yang bermanfaat,
[2] beramal salih,
[3] saling mengajak kepada kebenaran, dan
[4] saling menasihati kepada kesabaran.

Adapun mukmin yang lemah adalah yang belum bisa menyempurnakan semua tingkatan ini.

Kedua:

Kebaikan pada diri orang-orang beriman itu bertingkat-tingkat. Mereka terdiri dari tiga golongan manusia.

Pertama - kaum As-Saabiqun ilal Khairat, orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan-kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang menunaikan amal yang wajib maupun yang sunnah serta meninggalkan perkara yang haram dan yang makruh.

Kedua - kaum Al-Muqtashidun atau pertengahan. Mereka itu adalah orang yang hanya mencukupkan diri dengan melakukan kewajiban dan meninggalkan keharaman.

Ketiga - Azh-Zhalimuna li anfusihim. Mereka adalah orang-orang yang mencampuri amal kebaikan mereka dengan amal-amal jelek.

Ketiga:

Perkara yang bermanfaat ada dua macam; perkara keagamaan dan perkara keduniaan.

Sebagaimana seorang hamba membutuhkan perkara agama maka ia juga membutuhkan perkara dunia. Kebahagiaan dirinya akan tercapai dengan senantiasa bersemangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat di dalam kedua perkara tersebut.

Perkara yang bermanfaat dalam urusan agama kuncinya ada 2; ilmu yang bermanfaat dan amal salih.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membersihkan hati dan ruh sehingga dapat membuahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam ilmu hadits, tafsir, dan fiqih serta ilmu-ilmu lain yang dapat membantunya seperti ilmu bahasa Arab dan lain sebagainya.

Adapun amal salih adalah amal yang memadukan antara niat yang ikhlas untuk Allah serta perbuatan yang selalu mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan perkara dunia yang bermanfaat bagi manusia adalah dengan bekerja mencari rezeki.

Pekerjaan yang paling utama bagi orang berbeda-beda tergantung pada individu dan keadaan mereka.

Batasan untuk itu adalah selama hal itu benar-benar bermanfaat baginya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu”

Keempat:

Dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat itu tidak sepantasnya manusia bersandar kepada kekuatan, kemampuan dan kecerdasannya semata. Namun, dia harus menggantungkan hatinya kepada Allah ta’ala dan meminta pertolongan-Nya dengan harapan Allah akan memudahkan urusannya.

Kelima:

Apabila seseorang menjumpai perkara yang tidak menyenangkan setelah dia berusaha sekuat tenaga, maka hendaknya dia merasa ridha dengan takdir Allah ta’ala. Tidak perlu berandai-andai, karena dalam kondisi semacam itu berandai-andai justru akan membuka celah bagi syaitan. Dengan sikap semacam inilah hati kita akan menjadi tenang dan tentram dalam menghadapi musibah yang menimpa.

Keenam:

Di dalam hadits yang mulia ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara keimanan kepada takdir dengan melakukan usaha yang bermanfaat.

Kedua pokok ini telah ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab maupun As-Sunnah dalam banyak tempat. Agama seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan kedua hal itu.

Sabda Nabi, “Bersemangatlah untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu” merupakan perintah untuk menempuh sebab-sebab agama maupun dunia, bahkan di dalamnya terkandung perintah untuk bersungguh-sungguh dalam melakukannya, membersihkan niat dan membulatkan tekad, mewujudkan hal itu dan mengaturnya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan sabda Nabi, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah” merupakan bentuk keimanan kepada takdir serta perintah untuk bertawakal kepada Allah ketika mencari kemanfaatan dan menghindar dari kemudharatan dengan penuh rasa harap kepada Allah ta’ala agar urusan dunia dan agamanya menjadi sempurna.

Diringkas dari buku: Bahjat Al-Qulub Al-Abrar wa Qurratu ‘Uyun Al-Akhyar Syarh Jawami’ Al-Alkhbar karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu ta’ala, cetakan Darul Kutub Ilmiyah, hal. 40-46.

oleh: Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah

Menyambut Bulan Mulia


Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi terakhir, Nabi kita Muhammad sallallahu 'alayhi wa salam, kepada keluarga, para sahabatnya serta siapa saja yang mengambil petunjuknya hingga hari kiamat.

Adapun selanjutnya:

Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan berkah. Seorang muslim hendaknya menyibukkan dirinya dengan apa pun yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dari amal-amal kebaikan dan menghentikan segala keburukan maupun dosa.

Wahai hamba Muslim,

1. Sambutlah segala kebaikan di bulan Ramadhan ini, bersungguh-sungguh, berlomba dan bersegeralah mengerjakan kebaikan-kebaikan, demi mengharap apa yang ada di sisi Allah yaitu pahala yang besar. Hendaknya itu dilakukan sejak awal Ramadhan.

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

﴿إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ﴾

“Pada awal malam Ramadhan setan-setan dan jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup tak satu pun terbuka, pintu-pintu surga dibuka tak satu pun tertutup. Menyerulah penyeru: ‘Wahai orang-orang yang menghendaki kebaikan sambutlah...’.” [HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Hadits sahih]

Dalam riwayat lain:

﴿وَيُنَادِي مُنَادٍ كُلَّ لَيْلَةٍ يَا طَالِبَ الْخَيْرِ هَلُمَّ وَيَا طَالِبَ الشَّرِّ أَمْسِكْ﴾

“Menyeru penyeru pada setiap malam (Ramadhan): ‘Wahai mereka yang mengharap kebaikan sambutlah dan mereka yang mengharap kejelekan berhentilah.” [HR. An-Nasai dan selainnya]

2. Saudaraku Muslim, sambutlah penyeru yang menyeru setiap malam itu, bersungguh-sungguhlah dalam mempersiapkan akhiratmu dengan amal-amal saleh, sesungguhnya umur itu singkat, perjalanan meninggalkan dunia sudah dekat, hanya Allah yang tahu akankah kita dapat bertemu Ramadhan tahun depan ataukah tidak. Singsingkan lengan baju untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca al-Quran, tasbih, tahlil, takbir, doa, sedekah, amar makruf nahi mungkar, mengajari manusia kebaikan, memperbaiki hati, lisan dan anggota tubuh, berupaya menuntut ilmu, berdakwah, berupaya menyebarkan sunah Nabi -shalallahu alaihi wasallam-, belajar al-Quran dan mengajarkannya serta apa saja yang bermanfaat bagi manusia.

Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

﴿وخَيرُ النَّاسِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ﴾

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” [HR. At-Thabarani dalam al-Aushat. Hadits sahih]

3. Saudaraku Muslim, di bulan Ramadhan mulia ini tengoklah dirimu, hitunglah dirimu sebelum datang kematian, bersiaplah menghadapi perhitungan yang besar.

Umar -radiallahu'anhu- berkata:

“Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung. Timbang-timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang. Sungguh akan lebih mudah bagimu menghitungnya dari sekarang untuk perhitungan nanti, dan bersiaplah untuk perhitungan yang besar. Pada hari itu segalanya akan diperlihatkan sehingga tak ada sesuatu pun yang tersembunyi.” [Diriwayatkan oleh at-Turmudzi]

4. Saudaraku muslim, di bulan Ramadhan mulia ini, yang merupakan bulan pergulatan kebaikan, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang tulus. Allah -ta'âla- berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...” (QS. At-Tahrim:8)

Hendaknya taubatmu murni karena Allah -ta'âla- dari segala dosa-dosa. Menghadap Allah dengan rasa takut, mengharap kepada-Nya, cinta kepada-Nya, mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

﴿التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ﴾

“Orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa.” [HR. Ibnu Majah. Hadits hasan]

Bahkan Allah -azzawajalla- mengganti keburukan-keburukan orang yang bertaubat dengan kebaikan, sebagaimana firman Allah -ta'âla-:

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; mereka itu Allah ganti kejahatannya dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al-Furqan: 70]

5. Saudaraku Muslim, hendaknya masuknya bulan Ramadhan menjadikanmu penuh semangat, sangat bersungguh-sungguh menghadap Allah, kembali kepada-Nya, mengubah keadaanmu dari kelalaian dan keberpalingan menjadi tertuju dan berlomba-lomba melakukan segala kebaikan, berharap dapat selamat dari azab Allah, dan mengupayakan sebab-sebab yang dapat memasukan surga, mengangkat derajat di sisi Allah dan selamat dari api neraka.

Menjadi orang yang terbangun dari tidurnya, berupaya menghidupkan hatinya dengan zikir kepada Allah, mensyukuri-Nya, mendekat kepada-Nya, meminta apa-apa yang ada di sisi-Nya dari pahala yang besar dan melihat dunia sebagai sesuatu yang akan pergi dan lenyap.

“...dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [QS. Al-Hadid: 20]

Hendaklah menjadi orang yang berhati-hati terhadap dunia dan tipu dayanya, mengharap akhirat yang jauh lebih baik dan kekal. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

﴿إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ﴾

“Sesungguhnya dunia manis dan menawan. Allah menjadikan kalian khalifah di dalamnya untuk melihat bagaimana kalian berbuat. Berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, sesungguhnya fitnah (cobaan) pertama pada Bani Israel dahulu pada wanita.” [HR. Muslim]

6. Saudaraku Muslim, jauhilah keburukan, bertahan dan berhati-hatilah darinya. Bahkan jauhilah tempat-tempat dan majelis-majelis yang berisi kejelekan dan dosa.

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

﴿وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ﴾

“Penyeru menyeru: ‘Wahai pengharap kebaikan sambutlah dan wahai pengharap keburukan merugilah.” [HR. At-Turmudzi dan selainnya. Hadits sahih]

Demikian pula jika pergi ke pasar di bulan Ramadhan atau ke tempat lain, ambil kebutuhanmu kemudian keluarlah, jangan menjadi tukang gaduh di pasar, karena pasar adalah tempat yang paling buruk. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

﴿خَير البِّقاعِ المسَاجِد وشرُّ البقَاعِ الأسْوَاق﴾

“Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar.” [HR. Hakim. Hadits hasan]

Sabdanya pula:

﴿وَإِيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الْأَسْوَاقِ﴾

“Hindarilah kekisruhan pasar.”

Aisyah -radiallahu'anha- berkata tentang Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-:

﴿لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ﴾

“Nabi tidak pernah berbuat keji, tidak berperangai keji dan tidak berbuat gaduh di pasar.” [HR. At-Turmudzi]

Hindarilah tempat-tempat minuman keras, yang berisi barang-barang haram, ghibah (gosip) dan segala yang buruk. Allahlah pemberi taufik.



Oleh: Muhammad Ibn Syâmi Muthâin Syaibah

Amalan-amalan di bulan Suci Ramadhan


Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'alaa yang menjadikan bulan Ramadhan lebih baik dari pada bulan-bulan lainnya dengan menurunkan al-Qur`an dan mewajibkan puasa bagi kaum muslimin sebagai salah satu pondasi Islam. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam yang telah menyampaikan kepada kita tentang ibadah-ibadah dibulan Ramadhan dan memberikan contoh kepada kita bagaimana sebaiknya menghidupkan bulan bulan yang penuh berkah ini.

Dari Abu Hurairah radiallaahu anhu, ia berkata, 'Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ, شَهْرٌ مُبَارَكٌ, كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ, فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ. فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ ُحُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ.

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah Subhanahu Wa Ta'alaa mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa." [HR. Ahmad dan an-Nasa`i.]

Berikut ini adalah amalan-amalan yang dianjurkan di bulan Ramadhan:

Puasa: Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memerintahkan berpuasa di bulan Ramadhan sebagai salah satu rukun Islam.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS. Al-Baqarah:183)

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةُ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ الْحَرَامِ.

"Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak Ilah yang berhak disembah selain Allah I dan Muhammad sallallahu alaihi wasallam adalah rasul Allah sallallahu alaihi wasallam, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi ke Baitul Haram." [Muttafaqun 'alaih]

Puasa di bulan merupakan penghapus dosa-dosa yang terdahulu apabila dilaksanakan dengan ikhlas berdasarkan iman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, sebagaimana Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, niscaya diampuni dosa-dosanya telah lalu." [Muttafaqun 'alaih]

1. Membaca al-Qur`an: Membaca al-Qur`an sangat dianjurkan bagi setiap muslim di setiap waktu dan kesempatan. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

اِقْرَؤُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ.

"Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi ahlinya (yaitu, orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya). [HR. Muslim]

Dan membaca al-Qur`an lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, karena pada bulan itulah diturunkan al-Qur`an. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

"Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)." (QS: al-Baqarah:185)

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam selalu memperbanyak membaca al-Qur`an di hari-hari Ramadhan, seperti diceritakan dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:

وَلاَ أَعْلَمُ نَبِيَّ الله ِقَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِى لَيْلَةٍ, وَلاَ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى يُصْبِحَ وَلاَ صَامَ شَهْرًا كَامِلاً غَيْرَ رَمَضَانَ.

"Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah sallallahu alaihi wasallam membaca al-Qur`an semuanya, sembahyang sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan." HR. Ahmad.

Dalam hadits Ibnu Abbas t yang diriwayatkan al-Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam melakukan tadarus al-Qur`an bersama Jibril u di setiap bulan Ramadhan.

2. Menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan shalat Tarawih berjamaah: Shalat Tarawih disyari'atkan berdasarkan hadits 'Aisyar radhiyallahu 'anha, ia berkata: "Sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Ketika Nabi I mengerjakan shalat (di malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang beliau. Di pagi hari berikutnya, orang-orang kembali memperbincangkannya. Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam masjid bertambah banyak, lalu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jamaah, sehingga Rasulullah sallallahu alaihi wasallam hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh. Tatkala selesai shalat Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum muslimin, kemudian membaca syahadat dan bersabda, 'Sesungguhnya kedudukan kalian tidaklah samar bagiku, aku merasa khawatir ibadah ini diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak sanggup melaksanakannya." Rasulullah sallallahu alaihi wasallam wafat dan kondisinya tetap seperti ini. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Setelah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam wafat, syariat telah mantap, hilanglah segala kekhawatiran. Disyari'atkan shalat Tarawih berjamaah tetap ada karena telah hilang 'illat (sebabnya), kerena 'illat itu berputar bersama ma'lul, ada dan tiadanya. Di samping itu, Khalifah Umar t telah menghidupkan kembali syari'at shalat Tarawih secara berjamaah dan hal itu disepakati oleh semua sahabat Rasulullah r pada masa itu. Wallahu A'lam.

3. Menghidupkan malam-malam Lailatul Qadar: lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari pada seribu bulan yang tidak ada lailatul qadar dan pendapat paling kuat bahwa ia terjadi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, terlebih lagi pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23,25,27, dan 29. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS.al-Qadar :3)

Malam itu adalah pelebur dosa-dosa di masa lalu, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدَرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

"Dan barangsiapa yang beribadah pada malam 'Lailatul qadar' semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." [HR. al-Bukhari]

Menghidupkan Lailatul qadar adalah dengan memperbanyak shalat malam, membaca al-Qur`an, zikir, berdo'a, membaca shalawat. Aisyah radhiyallahu 'anha pernah berkata, 'Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan lailatul qadar, maka apa yang aku ucapkan? Beliau menjawab, 'Bacalah:

اَللّهُمًَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَفاَعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Yang suka mengampuni, ampunilah aku."

4. I'tikaf di malam-malam Lailatul Qadar: I'tikaf dalam bahasa adalah berdiam diri atau menahan diri pada suatu tempat, tanpa memisahkan diri. Sedang dalam istilah syar'i, i'tikaf berarti berdiam di masjid untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa dengan cara tertentu sebagaimana telah diatur oleh syari'at.

I'tikaf merupakan salah satu sunnah yang tidak pernah ditinggal oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, seperti yang diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتىَّ تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.

"Sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wasallam selalu i'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai meninggal dunia, kemudian istri-istri beliau beri'tikaf sesudah beliau." [Muttafaqun 'alaih]

5. Memperbanyak sedekah: Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling pemurah, dan beliau sallallahu alaihi wasallam lebih pemurah lagi di bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas radiallaahu anhu, ia berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ, وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِى رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ...

"Rasulullah r adalah manusia yang paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi di bulan saat Jibril u menemui beliau." [HR. al-Bukhari]

6. Melaksanakan ibadah umrah: salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah melaksanakan ibadah umrah dan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa nilai pahalanya sama dengan melaksanakan ibadah haji, seperti dalam hadits yang berbunyi:

عُمْرَةٌ فِى رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً

"Umrah di bulan Ramadhan sama dengan ibadah haji."

Demikianlah beberapa ibadah penting yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan dan telah dicontohkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang mendapat taufik dari Allah I untuk mengamalkannya agar kita mendapatkan kebaikan dan keberkahan bulan Ramadhan. Wallahu A'lam.

My MixPod