Tuesday, March 15, 2011

Cara Praktis Menghafal Al Quran.....jom praktikkan

Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad salallaahu alayhi wassalam.

Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan al quran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:

Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:


1- Bacalah ayat pertama 20 kali:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}

2- Bacalah ayat kedua 20 kali:

وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}

3- Bacalah ayat ketiga 20 kali:

وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}

4- Bacalah ayat keempat 20 kali:

وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}

5- Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.

6- Bacalah ayat kelima 20 kali:

وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}

7- Bacalah ayat keenam 20 kali:

وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}

8- Bacalah ayat ketujuh 20 kali:

لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}

9- Bacalah ayat kedelapan 20 kali:

وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}

10- Kemudian membaca ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.

11- Bacalah ayat ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.

Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat bagi anda untuk mengulang dan menjaganya.

BAGAIMANA CARA MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA?

Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.

BAGIMANA CARA MENGGABUNG ANTARA MENGULANG (MURAJA'AH) DAN MENAMBAH HAFALAN BARU?

Jangan sekali-kali anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya, karena jika anda menghafal al quran terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua al quran, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol, oleh karena itu cara yang paling baik dalam meghafal al quran adalah dengan mengumpulkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga bagian, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda telah menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang yang telah dihafal dengan cara setiap hari anda mengulang sebanyak delapan halaman.

Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang, setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah enghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan setiap harinya mengulang apa yang telah dihafal sebanyak 8 lembar, hingga anda bisa menyelesaikan seluruh al-qur an.

Jika anda telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang sepuluh juz terakhir dengan cara yang hampir sama, yaitu setiapharinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

BAGAIMANA CARA MENGULANG AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH MENYELESAIKAN MURAJAAH DIATAS?

Mulailah mengulang al-qur an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka anda akan bisa mengkhatamkan al-Quran setiap dua minggu sekali.

Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insya Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al qur an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.

APA YANG DILAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL QUR AN SELAMA SATU TAHUN?

Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah al qur an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi r semasa hidupnya, beliau membagi al qur an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al-quran setiap 7 hari sekali.

Aus bin Huzaifah rahimahullah; aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi al qur an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: "kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat qaaf hingga khatam ( al Qur an)". (HR. Ahmad).

Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:

- Hari pertama:

membaca surat "al fatihah" hingga akhir surat "an-nisa",

- Hari kedua:

dari surat "al maidah" hingga akhir surat "at-taubah",

- Hari ketiga:

dari surat "yunus" hingga akhir surat "an-nahl",

- Hari keempat:

dari surat "al isra" hingga akhir surat "al furqan",

- Hari kelima:

dari surat "asy syu'ara" hingga akhir surat "yaasin",

- Hari keenam:

dari surat "ash-shafat" hingga akhir surat "al hujurat",

- Hari ketujuh:

dari surat "qaaf" hingga akhir surat "an-naas".

Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al-Qur an menjadi kata: " Fami bisyauqin ( فمي بشوق ) ", dari masing-masing huruf tersebut menjadi symbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya maka:

- huruf "fa" symbol dari surat "al fatihah", sebagai awal wirid beliau hari pertama,

- huruf "mim" symbol dari surat "al maidah", sebagai awal wirid beliau hari kedua,

- huruf "ya" symbol dari surat "yunus", sebagai wirid beliau hari ketiga,

- huruf "ba" symbol dari surat "bani israil (nama lain dari surat al isra)", sebagai wirid beliau hari keempat,

- huruf "syin" symbol dari surat "asy syu'ara", sebagai awal wirid beliau hari kelima,

- huruf "wau" symbol dari surat "wa shafaat", sebagai awal wirid beliau hari keenam,

- huruf "qaaf" symbol dari surat "qaaf", sebagai awal wirid beliau hari ketujuh hingga akhir surat "an-nas".

Adapun pembagian hizib yang ada pada al-qur an sekarang ini tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.

BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (MIRIP) DALAM AL-QUR AN?

Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan cara membuka mushaf lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan murajaah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan ulangilah secara terus menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).


KAIDAH DAN KETENTUAN MENGHAFAL:

1- Anda harus menghafal melalui seorang guru atau syekh yang bisa membenarkan bacaan anda jika salah.

2- Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan.

3- Hafalkanlah mulai dari surat an-nas hingga surat al baqarah (membalik urutan al Qur an), karena hal itu lebih mudah.

4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.

5- Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada orag yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin ya rabal 'alamin.

Disusun Oleh:

Dr. Abdul Muhsin Al Qasim

( Imam dan Khatib masjid Nabawi)

Dhua for Protection

There are du’aa’s which have been narrated in saheeh ahaadeeth which are sufficient, and we have no need for the du’aa’s narrated in weak reports. These du’aa’s protect the Muslim, and the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) always used to recite them, such as the dhikrs for morning and evening, and other saheeh ahaadeeth. For example:

1 – Reciting the last two verses of Soorat al-Baqarah every night. It was narrated that Abu Mas’ood al-Badri (may Allaah be pleased with him) said: The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “The last two verses of Soorat al-Baqarah, whoever recites them at night, they will be sufficient for him.” Narrated by al-Bukhaari, 4008; Muslim, 807. al-Nawawi (may Allaah have mercy on him) said: “With regard to the words of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) ‘they will be sufficient for him,’ it was said that it means they will suffice instead of praying qiyaam al-layl; and it was said, they will suffice him against the Shaytaan, or against harm. It may be understood as meaning all of these things.’”

2 – Du’aa’ al-karb (prayer at times of stress). It was narrated from Ibn ‘Abbaas that the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) used to say at times of stress:

“Laa ilaaha ill-Allaah ul-‘azeem al-haleem, laa ilaaha ill-Allaah Rabb il-‘arsh il’azeem, laa ilaaha ill-Allaah Rabb ul-samawaati wa rabb ul-ard wa rabb ul-‘arsh il-kareem (There is no god but Allaah, the Almighty, the Forbearing; there is no god but Allaah, Lord of the Mighty Throne; there is no god but Allaah, Lord of the heavens, Lord of the earth and Lord of the noble Throne).” Narrated by al-Bukhaari, 6346; Muslim, 2730.

Reciting Soorat al-Ikhlaas, Soorat al-Falaq and Soorat al-Naas. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) used to recite them when going to sleep, and he would blow into his hands and then wipe them over whatever he could reach of his body. It was narrated from ‘Aa’ishah that every night when the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) went to bed, he would cup his hands together, blow into them then recite into them Qul Huwa Allaahu ahad, Qul a’oodhu bi Rabb il-falaq and Qul ‘aoodhu bi Rabb il-naas, then he would wipe as much as he could reach of his body, starting with his head and face and the front of his body. And he would do that three times. [Narrated by al-Bukhaari, 5018.]

And it was narrated that ‘Uqbah ibn ‘Aamir said: The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Have you not seen the verses that were revealed tonight, the like of which has never been seen? Qul a’oodhu bi Rabb il-falaq and Qul ‘aoodhu bi Rabb il-naas. Narrated by Muslim, 814.

And Allaah knows best.

Berita Kepada Kawan








Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih …

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu

Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya

Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa

Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang

Saturday, March 12, 2011

Every Breath is a Blessing








Be like the sun
Shining with light
Be like a rose
Spreading its fragrance
In every path

Be like the earth
Humble and wise
Be like the rain
Pouring all your love
To every soul


Stop speculating and guessing
Trust what your heart is sensing
Every new breath is a blessing
Sent by Allah



Inspire people with your manners
Dedicate your life to helping others
If you don't know them they're still not strangers
All other humans are your brothers


Why do we chase after material possessions?
Do we really think that it will bring us pleasure?
Don't think contentment comes from having wealth
None of it will delay our moment of death
Peace and happiness are in worshipping Allah

Sunday, March 6, 2011

TREE OF IMAN

If someone gives you a plant to take care of. How do you think you will do it? Wouldn't you try your best not to let that plant die? And of course, to do that you are going to make sure that all the things that plant need, you provide it and keep it away from all the harmful things. At the same time you will try to find out about the basic elements that plant is consisted of and the basic things those elements need to grow properly. Believe me or not but all of us have one, very delicate and at the same time very strong tree to take care of given to us by our Lord. Allah (SWT) has given us this tree that is planted in our hearts, called "shajarat-ul-Iman" (Tree of Iman).



Allah (swt) describes that tree in Quran: "Have you not seen how Allah coined a similitude (of parable) a good word like a good tree, the root of that tree is firmly established in the ground and the branches reach the heavens." At another place in Quran Allah (swt) said: "(this particular tree by the permission of its Lord), gives fruits (all kinds of fruits) anytime Allah (swt) wants it to give fruits." Allah (swt) also said: "Allah coin similitude for the human beings (for you and I), so that perhaps we may reflect (we may think)."


Science say there are trees in other plants than earth. Allah (swt) created seven heavens and earth other than this planet. Some people say that there are trees and some say there are not. There is proof in Quran and Sunnah that there are trees in Jannah (heaven). One of them is called "Toobaa", the tree for the "ghurab'a" (strangers). The shade of that tree is a month's journey and this is where the believers will take their clothes. The Most Important Tree in this World: is the Tree of Iman (shajarat-ul-Iman). The tree that Allah (swt) has planted in our hearts. The tree that we all should be worrying about day and night. We all must know what that tree of Iman is made of so that we can take good care of it.
What Does the Tree of Iman Have?
Almost all the trees that Allah (swt) has created/originated, almost all of them have three very basic things:


1. Root (O'rooq) - The roots of the most important tree on this earth are:
a) Knowledge (I'lm)
b) Certainty (Yaqeen)




The tree of Iman is the basic belief of Islam. "La ilaha illal lah" "There is nonoe worthy of worship except Allah (swt)" So the root for us of the Tree of Iman, is the KNOWLEDGE of the meaning of "la ilaha illallah". It covers every single aspect of our life. When we know that there is none other then Allah (swt), we totally surrender to Him alone and we take everything that He gave us through the Quran and the Sunnah of Rasul of Allah (saw). The other half of the root of this tree is the certainty, meaning the certainty of everything what "la ilaha illallah" brings. When implementing Islam in our lives, or when accepting a matter which we were not aware of before, we should do it with firm belief and certainty, as long as it is from the Quran and the authentic Sunnah of Rasul and his companions.


2) Trunk: (Saaq) - The tree of Iman, like the other trees, also has a trunk, which is Purity of Intention: (al-Ikhlas). We must have the purity of intention for our tree to be firm and unshakable and immovable. Abdullah Ibn Sahl at-tuzkuri (ra) (scholar from the taba'een) was asked: "What is al-Iman?", he said: "Iman is statement, is action, is Niyyah (intention) and is Sunnah. If it is a statement without actions then it is Kufr (disbelief), if it is a statement and action with out intention then it is Nifaq (hypocrisy), if it is a statement, action and intention without the Sunnah, then it is Bid'ah (innovation)." To keep a healthy trunk of our tree, we must have a pure intention of our actions. Our every righteous deed is divided into two parts. The first half of a righteous deed is the purity of intention. The Niyyah must be pure for the pleasure of Allah ONLY!


3) Branches & Fruits: This tree should also have branches and fruits. And these are:
a) Righteous deeds
b) Honorable/Noble Character
At several places in Qur'an, Allah (SWT) has distinguished the people of Jannah from the people of Hell as Indeed those who believed and did righteous deeds. Those who believed and did righteous deeds have also been given the glad tidings of Jannah at several places in Qur'an: Every righteous deed consists of two parts. The first part is the purity of intention (for the sake of Allah only!). Second half of the righteous deed is that the action has to be in conformed to Shari'ah (Qur'an and Sunnah of Rasool (SAW) and the Companions (RA)). If the action is not conformed to Shari'ah, it is not considered a righteous deed! When a tree has firm roots and healthy trunk and branches, it automatically produces good fruits. Similarly, when we establish firm roots of Iman in our heart and keep a healthy trunk and branches of the tree the fruits will prosper. If we have the knowledge of our Deen and certainty of whatever knowledge we have, and we do righteous deeds with pure intentions, we will automatically develop an honorable and noble character.



Things that will Make Our Tree Die:

1) Kufr: If we allow Kufr to come into our tree, it will destroy the tree.

2) Shirk: If we allow shirk to come into our tree, it will also destroy the tree.


3) Bid`ah: If we allow Bid`ah (innovations) of all types to come into our tree, it will destroy our tree. Our tree will become yellow, our tree will become dry and our tree will eventually die!

We nowadays are involved in so many "religious practices" thinking that they are pleasing Allah (swt), though in reality they are getting themselves involved either in Bid`ah or sometimes even to the extant of shirks. Muslims, intentionally or unintentionally, either add or remove stuff from how a certain act was originally practiced by our pious predecessors and hence making it a Bid`ah. And since the act was not practiced according to the "Shari'ah", it will not be considered a righteous deed. To avoid from getting ourselves involved in these dangerous things, it is extremely important to have the "knowledge" of the Deen and to refer back to our pious predecessors in every single thing we do or say.

What is Al-Iman?
Al-Iman is:

1) Belief: Iman is a belief in our hearts. It is to have a firm belief of "la illah illallah" in our hearts and all of the things that it brings. Every thing that we find from Qur'an and Sunnah, we must have a sincere and firm belief on that without having any doubts.

2) Statement: Iman is a statement by our tongue. We must state "la illaha illallah" by our tongues. Meaning what ever believes we have, we cannot just keep them in our hearts, but we must say them out.

3) Actions: Iman is to carry out our beliefs and our statements by our bodily limbs.

After believing in "la illaha illallah" and stating it, we must imply it in our actions. And the way we imply "la illaha illallah" in our actions is by modifying our every action and deed according to the Qur'an and Sunnah of Rasool SAW and our pious predecessors. A general example of the above could be wearing Hijab. If one has a firm belief in Allah (swt) and whatever He revealed, will definitely believe that wearing Hijab is a command of Allah and it is mandatory. Then only believing is not enough, we must have to admit by stating by our tongues the fact that Hijab is necessary and inform other people about it in a nice pleasing way (not in a displeasing or complaining manner). But still our Iman is not completed until we start wearing it ourselves. To think that Iman is in our hearts only is one of the tricks of Iblis (Satan). We shouldn't be fooled by the Shaytaan (Satan) of the Ins wal Jin (Humans and Jinns) by thinking that Iman is in our chests only and as long as we have a firm belief, our Iman is completed Rather we HAVE to show our believes by our statements and by our actions.
Highest and Lowest of Iman: Rasool of Allah (saw) said: "Iman has 70 branches. And the highest of al-Iman is the statement "la illaha illallah" (It is the most sublime, the most magnificent and the most superior of all Iman). The lowest of the Iman is to remove some harmful thing from the street. And modesty is a part of al-Iman."
Iman Wears Out: We all go through high and low levels of Iman. As Rasool of Allah told us: "al-Iman wears out in each and everyone of you and me like a "thaub" (garment) wears out (like our clothes wears out...and they become shabby eventually. Iman wears out like that "thaub"). So Rasool of Allah (peace and blessings of Allah be upon him) advised us (since our Iman wears out) "So all of you Muslims, should ask Allah (swt) to RENEW the Iman in our hearts."

By Umm Abdullah from a lecture by Dawud Adib

Lorong-lorong Syaitan untuk Menyesatkan Manusia

Segala puji bagi Allah S.W.T. yang telah melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan dosa dan maksiat. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi S.A.W. yang diturunkan al-Qur`an kepadanya, sebagai pengobat hati dan badan, juga kepada keluarga dan sahabatnya hingga hari pembalasan.

Adapun sesudah itu,

Sesungguhnya pada perbuatan maksiat terdapat celah-celah dan pintu-pintu yang apabila hamba menutupnya dengan kuat dan selalu menjaganya dengan sabar, niscaya syetan tidak mendapatkan jalan untuk menjerumuskannya ke dalam dosa dan maksiat, lalu ia kembali dalam keadaan merugi. Dan sebaliknya, apabila seorang hamba tidak menjaga celah-celah dan pintu-pintu itu, tentu syetan mendapatkan jalan kepadanya. Celah-celah dan pintu-pintu tersebut memudahkannya menyerang hamba tersebut dan menjerumuskannya ke dalam perbuatan maksiat sedikit demi sedikit.

Celah-celah ini adalah: pandangan mata, bisikan hati, ucapan lisan dan langkah kaki.

Ibnu al-Qayyim rahimahullah telah berbicara tentang empat celah ini, menjelaskan bahaya melalaikannya, dan tata-cara menjaganya, supaya hamba selamat dari serangan syetan dan bisikannya. Di antara perkataan Ibnu al-Qayyim rahimahullah: 'Manakala langkah pertama maksiat tersebut adalah dari sisi pandangan mata, dijadikanlah perintah menundukkan pandangan didahulukan terhadap memelihara kemaluan. Sesungguhnya segala peristiwa berawal dari pandangan, sebagaimana api besar bersumber dari percikan api kecil. Maka berawal dari pendangan mata, kemudian bisikan hati, kemudian langkah, kemudian kesalahan.'

Dan karena sebab inilah dikatakan: Barangsiapa yang memelihara empat perkara ini niscaya ia memelihara agamanya: pandangan mata, bisikan hati, ucapan lisan, dan langkah kaki.

Maka hamba harus menjadi penjaga dirinya terhadap empat pintu ini dan selalu menjaga celah-celahnya karena musuh akan masuk melaluinya, lalu menyerang secara merajalela dan membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang dia kuasai. Oleh karena kebanyakan masuknya maksiat terhadap seorang hamba berasal dari empat pintu ini, maka kami akan menyebutkan satu pasal yang sesuai di setiap bab.

Pertama: Pandangan Mata

Adapun pandangan adalah pemandu syahwat dan utusannya. Dan menjaganya adalah dasar untuk menjaga kemaluan. Maka barangsiapa yang melepaskan pandangannya, berarti ia mendatangkan dirinya kepada sumber-sumber kebinasaan. Nabi S.A.W. bersabda:

لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ, فَإِنَّمَا لَكَ اْلأُوْلَى وَلَيْسَتْ لَكَ اْلآخِرَةُ.

"Janganlah engkau meneruskan pandangan pertama dengan pandangan kedua, sesungguhnya hanya boleh bagimu pada pandangan pertama, dan tidak boleh pada pandangan kedua." HR. Ahmad.

Dan beliau bersabda:

إِيَّاكُمْ وَاْلجُلُوْسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ. قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ, مَجَالِسُنَا مَالَنَا بُدٌّ مِنْهَا. قَالَ: إِنْ كُنْتُمْ لاَ بُدَّ فَاعِلِيْنَ, فَأَعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ. قَالُوْا: وَمَا حَقُّهُ؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ اْلأَّذَى وَرَدُّ السَّلاَمِ.

"Hindarilah duduk-duduk di jalanan.' Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, ia adalah mejelis-majelis kami, kami tidak bisa meninggalkannya.' Beliau bersabda, 'Jika kamu memang tetap melakukan, maka berikanlah hak jalanan.' Mereka bertanya, 'Apakah haknya?' Beliau menjawab, Menahan pandangan, tidak mengganggu, dan menjawab salam." Muttafaqun 'alaih.

Pandangan mata umumnya merupakan sumber berbagai peritiwa yang menimpa manusia. Sesungguhnya pandangan melahirkan bisikan hati. Kemudian bisikan hati melahirkan pikiran. Kemudian pikiran melahirkan syahwat. Kemudian syahwat melahirkan keinginan. Kemudian keinginan itu bertambah kuat, lalu menjadi semangat yang mantap. Lalu terjadilah perbuatan dan memang mesti terjadi, selama tidak ada penghalang. Dan dalam hal ini dikatakan: (sabar terhadap pandangan mata lebih mudah daripada sabar terhadap yang sesudahnya).

Bahaya pandangan: mengakibatkan kerugian dunia akhirat.

Seorang Penyair berkata:

Dan apabila engkau melepaskan pandangan matamu sebagai pemandu- bagi hatimu pada suatu hari, niscaya segala pandangan itu menyusahkan engkau.

Engkau melihat yang tidak semuanya engkau mampu- atasnya dan tidak pula engkau sabar dari sebagiannya.

Berapa banyak orang yang melepaskan pandangannya, maka ia ia tidak bisa berlepas diri darinya melainkan telah berlumuran darah di antaranya dalam keadaan terbunuh.

Dan yang aneh, pandangan mata orang yang memandang merupakan panah yang tidak sampai kepada yang dipandang, sehingga ia menyediakan tempat di hati yang memandang.

Dan yang lebih aneh dari hal itu, sesungguhnya pandangan menorehkan luka di hati, maka diikuti torehan luka yang lain. Kemudian perihnya luka tidak dapat menghalanginya untuk mengulanginya. Dan sungguh dikatakan: 'Menahan pandangan mata lebih mudah daripada terus merugi'.

Kedua: Bisikan hati

Adapun bisikan hati, maka urusannya lebih sulit. Sesungguhnya ia adalah sumber kebaikan dan keburukan. Darinya terlahir segala keinginan, rencana dan semangat. Maka barangsiapa yang menjaga bisikan hatinya, niscaya ia telah memegang tali kendali dirinya dan menguasai hawa nafsunya. Dan barangsiapa yang dikuasai oleh bisikan hatinya, maka hawa nafsunya lebih menguasainya. Dan barangsiapa yang meremehkan bisikan hatinya, niscaya ia akan menuntunnya kepada kebinasaan secara paksa.

Dan bisikan hati senantiasa mendatangi hati, sehingga ia menjadi angan-angan yang batil:

كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْئَانُ مَآءً حَتَّى إِذَا جَآءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An-Nuur :39)

. Angan-angan palsu:

Manusia yang paling rendah cita-citanya dan paling hina jiwanya adalah orang yang senang menukar realita dengan angan-angan palsu, menariknya untuk dirinya, dan berpakaian dengannya. Padahal –demi Allah- ia adalah modal orang-orang yang rugi dan pusat perdagangan para penganggur. Ia adalah makanan jiwa yang kosong, yang merasa cukup menyambung dengan kekuatan khayalan dan meninggalkan realita menuju angan-angan palsu.

Ia adalah yang paling berbahaya terhadap manusia, melahirkan kelemahan dan kemalasan, dan melahirkan kerugian dan penyesalan.

. Pembagian bisikan hati:

Kemudian setelah itu, bisikan-bisikan hati terdiri dari beberapa bagian yang berkisar di atas empat dasar:

Bisikan hati yang menarik manfaat-manfaat duniawi.
Bisikan hati yang menarik bahaya-bahaya duniawi.
Bisikan hati yang menarik kepentingan-kepentingan akhirat.
Bisikan hati yang menarik bahaya-bahaya akhirat.
Maka hendaklah hamba memperhitungkan bisikan hati, pikiran, dan cita-citanya pada empat bagian ini. Apabila bisikan-bisikan hati saling bertabrakan karena begitu banyak ketergantungannya, ia mendahulukan yang lebih penting yang dikhawatirkan terlepasnya dan menunda yang kurang penting dan tidak dikhawatirkan lepasnya.

Maka bisikan hati dan pikiran orang yang berakal tidak melewati hal itu. Dengan hal itulah datangnya syari'at. Dan segala kepentingan dunia dan akhirat tidak berdiri kecuali atas hal itu. Dan pemikiran yang paling tinggi, paling besar, dan paling bermanfaat adalah: yang untuk Allah S.W.T. dan negeri akhirat. Dan pemikiran yang karena Allah S.W.T. terdiri beberapa macam:

Pertama: memikirkan ayat-ayat yang diturunkan dan merenunginya, serta memahami kehendak-Nya darinya. Dan karena sebab itulah Allah SW.T. menurunkannya, tidak hanya sekedar membacanya, tetapi membaca adalah sarana.

Sebagian salaf berkata, Allah S.W.T. menurunkan al-Qur`an untuk diamalkan, maka jadilah membacanya sebagai amal.

Kedua: memikirkan ayat-ayat yang disaksikan dan mengambil pelajaran darinya, serta mengambil dalil dengannya atas asma, sifat, hikmah, ihsan, kebaikan, dan kemurahan-Nya.

Ketiga: memikirkan segala karunia, ihsan, dan nikmat-Nya terhadap makhluk-Nya dengan berbagai macam nikmat, keluasan rahmat, ampunan, dan santun-Nya.

Keempat: Memikirkan aib diri dan penyakitnya, dan pada aib amal.

Kelima: Memikirkan kewajiban terhadap waktu dan tugasnya, serta mengumpulkan semua cita-cita atasnya.

Orang yang berbahagia adalah orang yang bisa mengatur waktunya dengan baik. Karena jika ia menyia-nyiakannya, niscaya sia-sialah segala mashlahatnya. Sesungguhnya semua mashlahat bermula dari waktu, dan jika ia menyia-nyiakannya niscaya ia tidak bisa menyusulnya untuk selamanya.

. Nilai waktu:

Imam asy-Syafii rahimahullah berkata: 'Aku telah bergaul dengan kalangan sufi, maka aku tidak mendapatkan faedah dari mereka selain dua huruf: salah satunya adalah ucapan mereka: 'Waktu adalah pedang, jika engkau memotongnya (engkau beruntung) dan jika tidak niscaya ia memotongmu.' Kedua: jiwamu, jika engkau tidak menggunakannya dengan benar, dan jika tidak niscaya ia menggunakan engkau dengan kebatilan.'

Pada hakekatnya, waktu manusia adalah usianya. Ia adalah sumber kehidupannya yang abadi dalam kenikmatan yang tetap, dan sumber kehidupannya yang sempit dalam siksaan yang pedih. Ia berlalu lebih cepat daripada awan. Jika waktunya yang digunakan untuk Allah S.W.T. dan karena-Nya, maka ialah hidup dan usianya. Dan selain yang demikian itu tidak terhitung dalam kehidupannya. Dan jika ia hidup padanya, ia hidup seperti kehidupan binatang. Apabila ia menghabiskan waktunya dalam lupa, syahwat, dan angan-angan palsu dan sebaik-baik yang memotongnya adalah tidur dan menganggur. Maka kematian ini lebih baik daripada hidupnya.

Apabila seorang hamba –dan ia sedang shalat- ia tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya kecuali yang ia ingat darinya, maka tidak ada untuknya dari umurnya kecuali yang diperuntukkan untuk Allah S.W.T. dan karena-Nya.

Dan bisikan-bisikan hati dan pikiran selain bagian ini, maka bisa jadi ia adalah was-was syetan dan bisa jadi angan-angan palsu dan penipuan yang bohong, seperti bahaya orang-orang yang sakit di akal mereka, berupa orang-orang yang mabok dan pecandu narkotik.

Kondisi orang-orang tersebut mengatakan saat terbukanya kebenaran:

Jika kedudukanku di padang mahsyar di sisimu - apa yang telah kutemui, sungguh aku telah menyia-nyiakan hari-hariku

Angan-angan yang didapatkan jiwaku di satu masa- dan pada hari ini aku menganggapnya bagaikan mimpi-mimpi kosong.

Dan ketahuilah, sesungguhnya datangnya bisikan hati tidak berbahaya. Yang berbahaya hanyalah panggilan dan percakapannya. Bisikan hati bagaikan orang yang lewat di jalan. Jika engkau tidak memanggilnya dan engkau membiarkannya, niscaya ia lewat dan berlalu dari engkau. Dan jika engkau memanggilnya, niscaya ia menyihir engkau dengan omongan, tipu daya dan kepalsuannya. Bisikan hati adalah yang paling ringan terhadap jiwa kosong yang sedang menganggur, dan yang paling berat atas hati dan jiwa mulia yang tenang.

Maka manusia paling sempurna adalah yang paling banyak bisikan hati, pemikiran, dan keinginan dalam memperoleh keridhaan Rabbnya. Sebagaimana manusia yang paling kurang adalah yang paling banyak bisikan hati, pemikiran dan keinginan untuk bagian dan hawa nafsunya di manapun ia berada.

Inilah Umar bin Khaththab r.a., bisikan-bisikan hati saling berdesakan atanya dalam mendapatkan ridha Rabb S.W.T. Maka terkadang ia menggunakannya dalam shalat, dan ia menyiapkan tentaranya, sedangkan dia dalam shalat. Berarti ia telah menggabungkan di antara jihad dan ibadah. Dan ini adalah bab masuknya berbagai macam ibadah dalam satu ibadah.

Ketiga: Ucapan lisan

Adapun ucapan adalah menjaganya agar tidak keluar ucapan yang percuma, tidak berbicara kecuali pada sesuatu yang diharapkan keuntungan dan faedah dalam agamanya. Apabila ia ingin berbicara satu kata, ia berpikir: apakah ia mendapatkan keuntungan dan faedah ataukah tidak? Maka jika tidak ada keuntungan padanya, ia berpikir: apakah ia akan kehilangan kata yang lebih menguntungkan darinya, maka ia tidak menyia-nyiakannya dengan ini?

Dan apabila engkau ingin mengambil bukti terhadap yang ada di dalam hati, maka ambillah bukti atasnya dengan gerakan lisan. Sesungguhnya ia memperlihatkan kepadamu apa yang ada dalam hati. Pemiliknya menghendaki atau tidak.

Yahya bin Mu'adz berkata: hati itu seperti panci, mendidih dengan apa yang ada padanya, dan lisannya adalah gayungnya. Maka perhatikanlah seorang laki-laki saat berbicara, sesungguhnya lisannya menimba untukmu sesuatu yang ada dalam hatinya, manis dan asam, tawar dan asin, dan selain yang demikian itu. Dan menjelaskan kepadamu rasa hatinya dengan gayungan lisannya.

Dalam hadits Anas yang marfu':

لاَ يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ وَلاَ يَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيْمُ لِسَانُهُ

"Tidak istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya, dan tidak istiqamah hatinya sehingga istiqamah lisannya." HR. Ahmad, dan baginya ada beberapa syahid).

وَسُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: الفَمُ وَالْفَرَجُ.

Dan Nabi S.A.W. pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka? Beliau menjawab, 'Mulut dan kemaluan." (HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata: hasan shahih).

Dan anehnya, sesungguhnya manusia bisa dengan mudah menjaga diri dari memakan yang haram, berbuat zalim, berzina, mencuri, meminum arak, memandang yang diharamkan dan selain yang demikian itu, dan sangat sulit atasnya menjaga diri dari gerakan lisannya. Dan berapa banyak engkau melihat laki-laki yang wara' (menjaga diri) dari perbuatan keji dan zalim, sedangkan lisannya memfitnah pada kehormatan orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia, dan ia tidak perduli dengan ucapannya.

Dan dari Abu Hurairah, dari Nabi S.A.W., beliau bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا, يَهْوِي بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَاْلمَغْرِبِ

"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kata yang tidak jelas padanya, dia terjerumus dengan sebabnya di neraka lebih jauh di antara Timur dan Barat." HR. Muslim.

Dan dalam ash-Shahihain, dari hadits Abu Hurairah, dalam hadits marfu':

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah S.W.T. dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam."

Sebagian salaf berkata: 'Setiap ucapan anak manusia adalah membahayakannya, tidak berguna baginya, kecuali zikir kepada Allah S.W.T. dan yang mengikutinya.'

Keempat: langkah kaki

Adapun langkah kaki, maka memeliharanya adalah dengan cara tidak melangkahkan kakinya kecuali pada sesuatu yang dia mengharapkan pahalanya. Maka jika tidak ada tambahan pahala dalam langkahnya, maka duduk darinya lebih baik baginya. Dan ia bisa mengeluarkan diri dari setiap langkah yang mubah (boleh) menjadi ibadah dengannya dan meniatkannya karena Allah S.W.T., maka langkahnya menjadi ibadah.

Dan tatkala tergelincir itu ada dua: tergelincir kaki dan tergelincir lisan, datanglah salah satu dari keduanya disertai yang lain dalam firman Allah S.W.T.:

وَعِبَادُ الرَّحْمَانِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَاخَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا

Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqan:63)

Maka Dia S.W.T. memberikan sifat istiqamah kepada mereka pada ucapan lisan dan langkah kaki mereka, sebagaimana Dia S.W.T. menggabungkan di antara pandangan mata dan bisikan hati dalam firman-Nya S.W.T.:

يَعْلَمُ خَآئِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَاتُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. Ghafir:19)

Dan Allah S.W.T. tempat meminta pertolongan, Dia yang mencukupkan kita dan sebaik-baik berserah diri. Semoga rahmat Allah S.W.T. dan kesejahteraan S.W.T. selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.

Diterjemahkan dari risalah 'Madakhil asy-Syaithan li ighwai al-Insan' min kalam al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.

Dipilih dan diringkas oleh divisi ilmiyah Dar al-Wathan.

Thursday, March 3, 2011

.......Syaitan Laknatullah.....





Maarij bermaksud nyalaan api yang sangat kuat dan sangat panas bahangnya atau " Al-Lahab " iaitu jilatan api yang sudah bercampur antara satu sama lain iaitu merah, hitam, kuning dan biru. Sesetengah ulama pula mengatakan " Al-Maarij " itu ialah api yang sangat terang yang memiliki suhu yang amat tinggi sehingga bercampur antara merah, hitam, kuning dan biru.

Sesetengah pendapat pula mengatakan Al-Maarij itu ialah api yang bercampur warnanya dan sama maknanya dengan " As-Samuun " iaitu api yang tidak berasap tetapi sangat tinggi suhu panasnya. Angin samuun yang telah sebati dengan Al-Maarij itulah Allah SWT jadikan Jaan.

Menurut suatu Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA pula menyatakan bahawa angin Samuun yang dijadikan Jaan itu hanyalah satu bahagian daripada 70 bahagian angin Samuun yang sangat panas itu.

Dari api yang amat panas inilah Allah SWT telah menciptakan Jin, iaitu dari sel atau atom atau daripada nukleas-nukleas api. Kemudian Allah SWT masukkan roh atau nyawa padanya, maka jadilah ia hidup seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Jin juga di beri izin oleh Allah SWT menzahirkan berbagai-bagai bentuk dan rupa yang disukai dan dikehendakinya kecuali rupa Rasulullah SAW mengikut tahap dan kemampuan masing-masing. Jin juga diperintahkan oleh Allah SWT menerima syariat Islam sepertimana yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Rupa bentuk Jin yang asal selepas di cipta dan ditiupkan roh itu, hanya Allah SWT dan Rasulnya sahaja yang mengetahuinya. Menurut sesetengah ulama rupa, tabiat, kelakuan dan perangai Jin adalah 90 % mirip kepada manusia.

Asal kejadian manusia ialah campuran daripada Jisim Kathif iaitu tanah dan air, Jisim Syafaf iaitu campuran api dan angin dan Nurani, iaitu roh, akal, nafsu dan hati yang dinamakan "Latifatur-Rabbaniah " sesuai dengan manusia sebagai sebaik-baik kejadian yang diciptakan Allah SWT dan sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Manakala kejadian Jin pula ialah campuran Jisim Syafaf iaitu campuran api dan angin dan Nurani iaitu roh, akal, nafsu dan hati yang sesuai dan sepadan dengan kejadian Jin. Manakala makhluk-makluk lain pula Allah SWT jadikan daripada salah satu unsur tersebut, contohnya, binatang yang dijadikan daripada campuran Jisim Ksayif dan Jisim Syafaf sahaja. Batu dan tumbuh-tumbuhan pula dijadikan daripada Jisim Kasyif semata-mata. Manakala Malaikat pula dijadikan daripada Nurani semata-mata.

Manusia memerlukan masa mengandung selama 9 bulan untuk melahirkan zuriat dan anak manusia juga memerlukan masa yang lama untuk matang dan menjadi baligh. Berbeza dengan Jin di mana, apabila di sentuh alat kelamin lelaki dengan alat kelamin perempuan, maka Jin perempuan akan terus mengandung dan beranak dan anak Jin yang baru lahir itu terus mukallaf. Begitulah keadaanya sehingga ke hari kiamat. Iblis laknatullah pula apabila menyentuh paha kanan dengan paha kiri akan mengeluarkan 33 biji telor. Dalam setiap biji telor itu ada 33 pasang benihnya. Tiap-tiap pasang benih itu apabila menyentuh paha kanan dengan paha kiri akan keluar seperti yang terdahulu. Begitulah proses pembiakan Jin dan Iblis sehinggalah ke hari kiamat.

Sesetengah ulama berpendapat bahawa Azazil itu bukanlah moyang Jin, sebenarnya beliau merupakan satu Jin yang paling abid dan alim di kalangan Jin yang di angkat menjadi ketua ahli-ahli ibadat kepada Jin dan Malaikat. Dia menjadi angkuh dan takbur di atas keilmuan, ketakwaan dan banyak beribadat serta asal usul kejadiannya berbanding dengan manusia ( Adam AS). Maka dengan sifat beliau yang sombong itu Allah SWT telah melaknatnya menjadi kafir dengan nama Iblis.

Jin, Ifrit, Syaitan laknatullah dan Iblis laknatullah adalah merupakan sebahagian daripada golongan Jin, cuma tugas dan fungsi mereka sahaja yang berbeza. Jin sebagaimana yang telah diterangkan di atas ialah sejenis mahkluk Allah yang tersembunyi dan tidak kelihatan oleh manusia. Pengetahuan mereka lebih luas dan sangat panjang usianya. Manakala Ifrit pula adalah daripada golongan Jin yang sangat kuat dan bijak menipu serta sangat busuk hati terhadap manusia. Golongan ini tersangat sombong lagi amat durhaka kepada Allah SWT. Iblis laknatullah dan Syaitan laknatullah juga terdiri daripada golongan Jin dan mereka merupakan golongan Jin yang sangat sombong lagi durhaka, pengacau dan menjadi musuh utama manusia dan mendapat kutukan Allah SWT sehingga ke hari kiamat.

Lafaz "syaitan" sebenarnya berlaku untuk golongan jin dan manusia yang melampaui batas dan membangkang terhadap hukum-hakam Allah. Orang Arab kadangkala menamakan "ular" sebagai syaitan kerana ia membangkang, cepat bergerak dan amat membahayakan. Allah SWT menyebutkan bahawa pohon "Zaqqum" bagaikan kepala syaitan. Pohon Zaqqum adalah pohon yang tumbuh di dasar neraka sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud: "Muncungnya bagaikan kepala syaitan." (Ash-Shaffat: 65)

Syaitan laknatullah sentiasa melihat kita sedangkan kita tidak dapat melihatnya. Dia mendengar apa yang kita katakan sedangkan kita tidak merasa apa bisikannya. Iblis laknatullah menggoda manusia dengan cara yang halus dan tidak dirasakan. Rasulullah SAW ada bersabda: "Sesungguhnya syaitan berjalan dalam tubuh manusia seperti berjalan atau mengalirnya darah."

Dari Abu Hurairah RA, katanya Rasulullah SAW bersabda: "Syaitan mengikat tengkuk salah seorang kamu (setiap orang) ketika tidur pada waktu malam dengan tiga ikatan. Apabila orang yang tidur itu bangun dari tidurnya kemudian dia mengingati Allah SWT (membaca doa bangun tidur) maka terbukalah satu ikatan. Jika dia berwuduk, terbukalah satu ikatan lagi dan jika dia mengerjakan solat (fardu Subuh) terbukalah yang ketiga, sehingga dia menjadi sihat dan cergas. Kalau tidak melakukan yang tiga itu, dia merasakan rimas atau malas."

Permusuhan iblis laknatullah serta syaitan laknatullah dengan bani Adam sampai kemuncaknya pada waktu munculnya Al Masih Ad-Dajjal. Pada waktu itu, syaitan laknatullah akan menggandakan usahanya untuk menjerumuskan bani Adam sama-sama menemaninya ke neraka Jahannam. Moga Allah SWT memberi kita perlindungan dari tipudaya syaitan laknatullah ini.

Umar al-Khattab RA berkata, terdapat 9 jenis anak syaitan:
Zalituun laknatullah - Duduk di pasar atau kedai supaya manusia hilang sifat jimat cermat. Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.
Wathiin laknatullah - Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah SWT.
A'awanlaknatullah - Menghasut sultan, raja, pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Seronok dengan kedudukan atau kekayaan hingga terabai kebajikan rakyat dan tidak mahu mendengar nasihat para ulama.
Haffaf laknatullah - Berkawan baik dengan kaki botol. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat.
Murrah laknatullah - Merosakkan dan melalaikan ahli dan orang yg sukakan muzik sehingga lupa kepada Allah SWT. Mereka ini tenggelam dalam keseronokan dan glamour.
Masuud laknatullah - Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa sahaja penyakit yang mula dari kata-kata mulut.
Daasim laknatullah - Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim laknatullah akan bertindak agar berlaku keruntuhan rumahtangga (suami isteri bercerai-berai, suami bertindak ganas, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan pelbagai bentuk kemusnahan rumah tangga lagi).
Walahaan laknatullah - Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan solat dan menjejaskan ibadat-ibadat kita yg lain.
Lakhuus laknatullah - Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api/matahari.
Wallahu'alam.

My MixPod