Monday, November 29, 2010

Medical Benefits of Salah


There are several medical benefits of Salat (Namaz):- of offering Salah and as every Muslim knows that the best part of Salah is the sujood, that is the prostration.

No wonder the Quran has mentioned the word sujood, prostration no less then 90 times in the glorious Quran. Where [do] you do sujood in the Salah? Normally when you [stand] erect, blood does flow into the brain but it is not sufficient for a healthy brain. During Salah when you [go into] sujood extra blood flows into the brain, which is very important for [a] healthy brain. When you do sujood, this extra blood supply to the skin on the face [helps] prevent diseases such as chilblain etc.

When you do sujood there is drainage of sinuses and there are fewer chances that a person will have sinusitis, that is inflammation of the sinus, this drainage of module sinus, of the frontal sinus, and a person has less chances of having inflammation of the sinus, that is sinusitis.

There are various benefits. [For example], when a person does sujood even the bronchitis's, the secretion of the bronchitis, they get drained, there are less chances of having bronchitis.

When a person breathes normally only two thirds of the capacity of the lung is exhaled out, the remaining one third remain in the lung as a residual air, now when you do sujood the abdominal visra, they press against the diaphragm and the diaphragm presses against the lower part of the lungs, the lower lobes, and when you breath during sujood even this one third residual air is aired out and that's very important for a healthy lung. There are less chances of having diseases of the lungs.

When you do sujood, there is increased venes return there is less chance of having hernia, etc. Due to posture in sujood there is less chances of having hemorrhoid, that is piles.

In a salah we stand up and we sit down, do qayam, rukuh, sujood and when we stand up from same position the weight is localized on the bottom of the feet and the calve muscle and the thigh muscle are activated and they increase the blood supply to the lower part of the body, which is very important. Further we do various postures like standing erect, bowing down, prostrating, the vertebra column takes various postures and there are less chances of having disease of the vertebrae, of the spine.

There are medical benefits [and] you can give a talk only on this topic. But we Muslims, we offer Salah to thank Allah (SWT), to praise Him. These are just side dishes. They are like dessert. You know it may attract a person who is a non-Muslim, towards Salah but our main meal, our main biryani, our main course is to thank Allah (SWT) and to obey the commandments of Allah and the Prophet. That is the reason we offer Salah.

Why 5 times daily salat:-

As I mentioned in the earlier episode that Salah is a sort of programming towards righteousness, that we are programmed towards righteousness. And the requirement [is] that it should be repeated [a] minimum [of] 5 times a day. For example for a very healthy body, a doctor will tell you, you require [a] minimum [of] 3 meals a day. Similarly for a spiritual soul, a person is required to offer Salah 5 times a day. And the requirement is, [that] there are chances that because of the evil in the society around us, we may get de-programmed. So if we are kept on being re-programmed, there are more chances that you will remain [steadfast on the] Sirat al mustaqeem, on the straight path. Therefore it is compulsory that every Muslim should offer Salah [a] minimum [of] 5 times a day.

Doesn't Salat disturb my job productivity. If you know the rules of management, [you will know] that a person cannot work continuously for hours together. If a person comes to office at 9 o'clock in the morning and sits till 6 o'clock in the evening, continuously for 9 hours, in fact he will be less productive. That is the reason that there are some short breaks given in between. So a person can get re-created, you know we have recreation. Similarly Salah is a sort of recreation. It rejuvenates you. If someone tells me that I am losing time, I am less productive, because I waste 15 minutes having lunch break, I would say that he is not a logical person because only if he has meals regularly, can he do more work. Similarly if a person offers Salah at intervals, I do agree he may have to work for a few minutes but when he stops and he comes back to work he works with a much better frame of mind and productivity overall will be much better. So for a logical person and a modern person he has to agree that there should be breaks so that a person can get recreated and Salah is the best form of rejuvenating your mind.

By Dr Zakir Naik

Thursday, November 25, 2010

Amr Diab - Nour El Ain (Habibi)


Amr Diab



Renungan Tentang Kematian


Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Sesungguhnya orang yang tenggelam dalam kehidupan dunia, tercebur dalam syahwat dan kelezatannya akan menjadikan hatinya lalai terhadap kematian dan jika mengingatnya maka dia akan benci dan berlari menghindar darinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jum’ah: 8)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,. (QS. Al-Nisa’; 78)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS. A-Anbiya’: 35).

Adapun orang yang mengenal Tuhannya maka dia selalu mengingat kematian, dia memegang wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau bersabda, “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu mati”.[1]

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Umar bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Seorang lelaki dari kaum Anshor datang dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, dan berkata, “Wahai Rasulullah orang mu’min yang mankah yang paling baik?. Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, menjawab, “Yaitu orang mu’min yang paling baik akhlaknya”. Orang tersebut kembali bertanya, “Orang mu’min manakah yang paling cerdas?. Rasulullah Muhammad SAW menjawab, “Orang mu’min yang paling banyak mengingat kematian, dan orang yang paling siap menghadapi masa selanjutnya mereka itulah orang yang cerdas”.[2]

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Kematian telah menyingkap keborokan dunia, maka dia tidak meninggalkan kesenangan apapun bagi orang berakal, dan tidaklah seseorang hamba mengarahkan hatinya untuk selalu mengingat kematian kecuali dunia itu menjadi hina baginya dan ringan padanya segala peristiwa yang terjadi padanya”.

Seorang penyair pernah berkata:

Tiada ketenangan dalam hidup ini selama ada yang mengeruhkan

Kelezatannya dengan mengingat kematian dan hidup di masa tua

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Apabila suatu saat hatiku ini lalai mengingat kematian maka dia akan rusak. Dan sebagian mereka berkata, “Barangsiapa yang selalu mengingat kematian maka dia akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat, hati yang qona’ah dan giat dalam beribadah dan barangsiapa yang lupa mengingat kematian maka dia akan disiksa dengan tiga perkara: Mengulur-ulur taubat, tidak pernah merasa cukup dan malas dalam beribadah.

Dan kematian itu memiliki rasa sakit dan kesusahan yang akan menghampiri setiap orang yang meninggal namun terkadang ringan bagi sebagian hamba-hamba Allah seperti orang yang mati syahid dan cukuplah kilatan pedang yang menyambar kepalanya sebagai fitnah, sebagaimana hal itu disebutkan di dalam hadits yang shahih.[3]

Bahkan terkadang sakaratul maut menjadi berat bagi seorang hamba guna meringankan hamba tersebut dari beban dosa, atau sebagai rahmat dan penambah bagi derajat mereka, seperti para Nabi alaihimus salam, terutama Nabi kita, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,, sungguh beliau telah merasakan beratnya sakaratul maut padahal beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Allah.

Di dalam shahih Al-Bukhari dari Aisyah RA berkata, “Bahwa di hadapan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, satu botol air maka beliau memasukkan kedua tanganya pada air itu lalu beliau mengusap wajah dengannya dan berkata, “Tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, sesungguhnya kematian itu amat berat”. Lalu beliau mengangkat tangannya dan berkata, “Ya Allah, aku mengharap Al-Rafiqul A’la”. Akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangan beliau miring lemas”.[4]

Pada saat menghadapi beratnya kematian Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, menutupi dirinya, maka Fatimah berkata, “Alangkah beratnya apa yang dirasakan oleh bapakku. Lalu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Bapakmu tidak akan merasakan kesusahan setelah ini”.[5]

Karena begitu berat sakaratul maut yang beliau rasakan maka beliau bersabda, “Siramkan padaku dari tujuh ember air yang ditutup (biar terasa dingin), semoga saya kembali bisa menemui masyarakat”.[6]

Dan Aisyah berkata, “Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, meninggal dan beliau saat itu berada diantara tulang selangka dan daguku, aku tidak benci terhadap beratnya kematian yang terjadi pada seseorang untuk selamanya selain pada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,”.[7]

Lalu kematian ini akan lebih berat lagi terhadap orang-orang kafir dan pada pendosa dari kalangan kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang lalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat -Nya. (QS. Al-An’am: 93).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", tentulah kamu akan merasa ngeri”. (QS. Al-Anfal: 50).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya dari Al-Barro’ bin Azib berkata, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hamba yang kafir -dan di dalam sebuah riwayat disebutkan- hamba yang jahat, saat meninggalkan dunia ini dan menghadap menuju akherat, maka akan turun kepadanya malaikat dari langit, yaitu malaikat-malaikat yang keras lagi bengis, berwajah hitam dan membawa pakaian dari neraka, maka mereka duduk dengan jarak sepanjang penglihatan darinya, kemudian datanglah malaikat maut di sisi kepalanya dan berkata kepadanya: Wahai jiwa yang jahat keluarlah menuju murka dan laknat Allah. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka malaikat tersebut menyebar pada seluruh tubuhnya lalu mencabik-cabik ruhnya sebagaimana besi yang banyak cabangnya mencincang wol yang basah, maka akan terputuslah semua urat dan otot-ototnya...”.[8]

Dan tidak boleh bagi seorang mu’min berangan-angan kematian walaupun ujian hidup sangat berat. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadits riwayat Ummul Fadhl bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, menemui Al-Abbas pada saat dirinya sedang mengidap suatu penyakit dan mengharap kematian. Maka Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Abbas, Wahai pamanku janganlah engkau berangan-angan menghadapi kematian, jika engkau termasuk orang yang berbuat baik berarti kamu memberikan tabungan kebaikan bagi dirimu sebagai tambahan atas kebaikan yang lain dan jika engaku termasuk orang yang suka berbuat jahat maka dilambatkannya kematianmu akan hal itu sebagai peluang bagimu untuk mencari alasan bertaubat, maka janganlah kamu berangan-angan untuk mati”. Yunus berkata, “Jika engkau adalah orang yang suka berbuat keburukan maka diakhirnya kematian sebagai peluang bagimu untuk meminta taubat dari kesalahanmu dan itu lebih baik bagimu”.[9]

Diriwayatkan oleh Al-Syaikhan dari Anas radhiallahu’anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian mengharap kematian hanya karena adanya ujian keburukan yang menimpa dirinya. Namun jika dia harus berangan-angan untuk mati maka hendaklah dia berkata, “Ya Allah hidupkanlah aku jika hidup itu lebih baik bagi diriku dan matikanlah aku jika mati itu lebih baik bagi diriku”.[10]

Dan wajib bagi setiap manusia untuk mempersiapkan dirinya menghadapi kematian sebelum ajal tiba datang menjemput yaitu dengan segera beramal shaleh.

Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, telah berharap kepada kita dengan pengharapan yang tinggi serta menyeru agar kita memanfaatkan kesempatan dan tidak lalai. Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, juga memberitahukan bahwa orang yang lalai dalam masalah ini maka dia akan berangan-angan kembali hidup di dunia padahal dia telah dihalangi untuk kembali menuju dunia ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia”. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan melimpahkan rahmat -Nya kepada makhluk -Nya. (QS. Al-Mu’minun: 99-100).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?". (QS. Al-Munafiqun: 9-10)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar berkata: Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam memegang pundakku dan bersabda, “Jadilah di dunia ini seakan-akan engkau orang asing atau orang yang sedang mengadakan perjalanan”. Dan Ibnu Umar berkata, “Apabila engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu waktu sore dan jika engkau berada di waktu sore maka janganlah engkau menunggu waktu pagi, dan manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datangnya rasa sakit dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang kematianmu”.[11]

Di dalam sebuah riwayat di dalam sunan Al-Tirmidzi, “Dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kubur, sebab engkau, wahai hamba Allah tidak mengetahui siapakah namamu pada esok harinya”.[12]

Seorang penyair berkata:

Wahai orang yang sibuk membangun dunianya

Dan diperdaya oleh angan-angan yang panjang

Kematian datang menjemputmu secara tiba-tiba

Dan kuburan adalah sebagai kotak amal hamba

Dan penyair yang lain berkata:

Seandainya setelah kematian datang kita dibiarkan

Maka kematian adalah tujuan setiap insan yang hidup

Namun kita pasti dibangkitkan setelah kematian itu

Dan setelahnya kita ditanya tentang segala sesuatu

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

By: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

[1] Sunan Turmidzi: no: 3307.
[2] HR. Ibnu Majah: no: 4259

[3] Sunan Al-Nasa’I no: 2053

[4] Al-Bukhari: no: 4449

[5] Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no: 4462

[6] Bagian dari hadits di dalam shahih Al-Bukhari nomor: 4446

[7] Shahih Al-Bukhari no: 4446

[8] Musnad Imam Ahmad: 4/287-288 dishahihkan oleh sykeh Al-Bani di dalam kitab ahkami jana’iz wa bida’iha wa jami’I ziadatiha”. Halaman: 198-202

[9] Musnad Imam Ahmad: 6/339

[10] Al-Bukhari no; 6351 dan Muslim: no: 2680

[11] Shahih Bukhari: no: 6416

[12] Sunan Al-Tirmidzi: 2333

:::TANDA-TANDA KEMATIAN SESEORAN:::


100 hari sebelum kematian:
Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walaubagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma sama ada mereka sedar atau tidak sahaja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.

40 hari sebelum kematian:
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.

7 hari sebelum kematian:
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba ianya berselera untuk makan.

3 hari sebelum kematian:
Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita iaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian hujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

1 hari sebelum kematian:
Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Tanda akhir sebelum kematian:
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

Kubur/liang lahat Setiap Hari Menyeru kepada Manusia Sebanyak 5 Kali.
1. Aku rumah yang terpencil, maka akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu sholat malam.
3. Aku rumah yang penuh tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawarnya.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nankir, maka banyaklah bacaan Laa illaa ha illallah, Muhammadur Rasulullah?supaya kamu dapat menjawabnya.

sumber : Tausyiahislamiyyah

enrique miss you [mix by amar diab]


Amar_Diab_Amareen




Amar_Diab_Ana_Ayis




Amar Diab - Amally Amaak

Amr Diab & Mustafa Amar - Taal El Leel


Dj Esmer Vs.Arabic Amar Diab - Amr Diab - Habibi Arash(Arabicmix 2010)


Amr Diab & Mustafa Amar - Habibi hayati


Wednesday, November 24, 2010

5 Reasons On Why Does Allah Test Us


Allah tests His believing servants with various types of crises and disasters in order to:

1) Reveal the Patient from the Impatient:
“And certainly, We shall test you with a bit of fear, hunger, loss of wealth, lives and fruits. But give glad tidings to the patient ones who, when afflicted with a calamity, say: “Truly! To Allah we belong and truly, to Him we shall return.” They are those upon whom are the blessings, descend from their Lord, and they receive His Mercy, and it is they who are guided.” (Surah Al-Baqarah 2:155-157)

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا

“And among mankind is he who worships Allah as if he were upon the very edge (i.e. in doubt); if good befalls him, he is content with it;. But if a trial befalls him, he turns back on his face. He loses both this World and the Hereafter. That is the evident loss.”(Surah al-Haj 22:11)

“So, it is a must for the souls to be nurtured by way of tests, and to be severely tested during the course of the battle between truth and falsehood with fear and hardship, and with hunger and decrease in wealth and life and fruits. This testing is a necessity so that the believer can give his share of what his belief requires; so that it becomes dear to him in accordance with that he gives for its sake of sacrifice and burden; so that it becomes dear to him in accordance with what he is willing to give for its sake! The bearers of worthless beliefs that do not require any type of sacrifice will not hesitate to abandon their beliefs at the first sign of hardship. So, the burden here is the personal price that one pays so that this belief becomes dear and valuable in the hearts of its bearers before it becomes dear to the hearts of anyone else. Whenever they experience pain for its sake, and every single time they are forced to give something up for its sake, it becomes even dearer and more valuable to them, and they become even more honored with it. With this, nobody else will realize its value until they see how its bearers are tested because of it and how patient they are upon such tests.”

(’Fi Dhilal al-Qur’an’; 1/145)

2) Remove Our Sins and Reward the Righteous:
And, when he was old enough to walk with him, he said: “O my son! I have seen in a dream that I am slaughtering you, so what do you think?” He said: “O my father! Do that which you are commanded, if Allah Wills, you will find me to be of the patient.” Then, when they had both submitted, and he had laid him prostrate on his forehead, and We called out to him: “O Ibrahim! You have fulfilled the dream!” Verily! Such do We reward the good-doers.” (Surah as-Saffat :102-7)

Sa’ad bin Abi Waqqas reported that he asked the Messenger of Allah (SAW): “Which of the people are tested most severely?” Rasulullah (SAW) replied: “The Prophets, then the righteous, then those who are most like them, then those who are most like them from the people. A man is tested according to his religious commitment. So, if his religious practice is sound, then his testing is increased, and if his religious practice is weak, then his testing is reduced. A servant continues to be tested until he walks the Earth without a single sin on him.” (Ahmad, Tirmidhi)

3) Purify the Ranks and Distinguish the Righteous from the Wicked:
“Allah will not leave the believers in the state in which you are now until He distinguishes the wicked from the good.” (Surah Al ‘Imrân 3:179)

“And when the believers saw the Confederates, they said: “This is what Allah and His Messenger had promised us, and Allah and His Messenger had spoken the truth,” and it only added to their faith and submissiveness.” (Surah Ahzaab 33:22)

“Allah might make easy the affairs of the people of evil so that they may increase in sin and corruption, and so that they might increase in their buildup of sins and crimes. Then, he may deal with them in this World or the Hereafter – depending on His Wisdom and Decision – on account of this sinister buildup of deeds! On the other hand, He may also prevent them from ease so that they would increase in evil and sin and crimes and suffocation, eventually losing hope in the Mercy of Allah, resulting in an increase in their buildup of evil and misguidance. Likewise, Allah can make easy the affairs of the people of good so that they may become established in their righteous actions and carry out as much of them as they can while increasing in their sustenance, so that they may thank Him for these blessings with their hearts, tongues, and pleasant actions. With all of this, they increase in a buildup of good deeds that they rightfully deserve with Allah because of their righteousness and because of the good that Allah Knows is in their hearts. On the other hand, he may also prevent them from ease in order to observe their patience upon this state, as well as their confidence and hope in their Lord, their relaxation at the realization of His Power, their being pleased with Him as their only Lord – and He is better than all others – resulting in an increase in their buildup of good.”

(Fi Dhilal al-Qur’an)

4) Emphasize the Hardships of This World in Comparison to the Hereafter:
“Blessed is He in Whose Hand is the kingdom, and He is Able to do all things. The One Who has created death and life in order to test you and see which of you is best in deed, and He is the All-Mighty, the Oft-Forgiving.” (Surah al-Mulk 67:1-2)

5) Expose the Reality of the Human Being:
“Verily, We have created man from drops of mixed semen in order to test him, so We made him hearer, seer. Verily, We showed him the way, so he is either grateful or ungrateful.” (Surah al-Insan 76: 2-3)

“Verily, We have made that which is on earth as an adornment for it so that We may test them as to which of them are best in deeds.” (Surah al-Kahf 18:7)

“And it is He Who has made you generations after generations, replacing each other on the earth. And He has raised you in ranks – some above others – that He may test you in that which He has bestowed on you. Surely, your Lord is Swift in retribution, and certainly He is Oft*-Forgiving, Most Merciful.” (Surah al-An’am 6:165)

A human being is tested so that he may come to know the reality of himself and others. Life is consists of constant testing; testing with what is bad, or testing with what is good. However, what is best for the believer may be found in what he hates, and what is bad for him may be found in what he likes. The true believer is the one who loves that which Allah has chosen for him. So, if He tests him with something that he loves, he thanks Him, and if He tests him with that which he hates, he is patient and thanks Him in this case, as well. And Allah – the Glorified – gives the believer in accordance with what will lead to his happiness in either this World or the next. So, if it is better for him to have something, Allah gives it to him. If it is better for him not to have something, Allah prevents him from having that thing, just as one who is sick is prevented from too much food or water. Therefore, it is upon a person to completely submit to Allah – the Glorified – in regards to what He has chosen for him, and to be pleased with what Allah has given him, and to understand that if Allah prevents him from something, then it is because Allah wishes to save him from being tested with that thing.

MEMAKAN HARTA HARAM


Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya. Wa Ba’du:

Allah swt berfirman:

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 188.)

Ibnu Abbas R.A berkata: Ayat ini berbicara tentang seseorang yang memiliki tanggungan harta milik orang lain akan tetapi orang lain tersebut tidak mempunyai bukti apapun terhadap hartanya tersebut, akhirnya dia mengingkari harta yang menjadi tanggungannya, lalu dia membawanya ke pengadilan atau hakim padahal dia mengetahui kalau kebenaran itu tidak berpihak kepadanya dan sungguh dia telah berdosa dan memakan harta yang haram”.[1]

Allah swt berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. Al-Nisa’: 10)

Diriwayatkan oleh Ka’ab bin Ayadh R.A bahwa Nabi bersabda: Sesungguhnya bagi setiap umat tersebut ada fitnah dan fitnah umatku adalah harta”.[2]

Di antara hal yang kita lihat terjadi adalah banyaknya orang yang terlalu menganggap remeh memakan harta yang haram, hal ini sebagai wujud dari apa yang telah diperingatkan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam sebuah sabdanya: Akan datang kepada manusia suatu masa di mana seseorang tidak lagi menghiraukan dengan apakah dia mengambil harta orang lain, apakah dari hal yang halal atau haram”.[3]

Ibnul Mubarak berkata: Sungguh aku mengembalikan harta satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih aku cintai dari pada bersedekah dengan seratus ribu”.

Umar R.A berkata: Kami meninggalkan sembilan persepuluh dari hal yang halal karena khawatir terjatuh kepada perkara yang diharamkan. Dan beliau mengerjakan hal yang demikian itu dalam rangka menejalankan sabda Nabi, di dalam sebuah hadits riwayat An-Nu’man bin Basyir R.A: Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang harampun sudah jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh banyak manusia, maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perkara-perkara yang syubhat maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya dan barangsiapa yang terjatuh pada syubhat maka dia telah terjebak ke dalam perkara yang diharamkan, seperti sorang yang mengembalakan gembalanya di sekitar perbatasan hamper saja dia terjebak melampuai batas tersebut”.[4]

Di antara bentuk memakan harta yang haram adalah memakan harta riba. Dia telah diharamkan oleh Allah dan Rasul -Nya dan melaknat orang yang memkannya, penulisnya dan dua orang yang menjadi saksinya. Allah swt berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 278)

Cinta terhadap harta telah menguasai jiwa sebagian orang yang beriman, maka mereka berlomba-lomba membeli saham-saham bank, sementara yang lainnya mendepositokan harta mereka pada bank-bank tersebut dan mereka mengambil riba atas uang tersebut dengan nama bunga.Sesungguhnya di antara bentuk krminaliatas yang besar dan perkara yang membahayakan adalah realita yang kita saksikan dari para bankir yang selalu berlomba-lomba membuka pintu dan jalan untuk menjebak manusia ke dalam riba, dan memikat manusia dengan berbagai cara agar deposito mereka selalu bertambah dari harta yang haram ini, sebagai contoh: Apa yang di sebut dengan kartu visa samba (Bank Saudi Amerika). Dan fatwa telah dikeluarkan oleh badan tetap urusan fatwa para ulama terkemuka di Saudi Arabia yang mengharamkan bertransaksi dengan kartu tersebut dan dia termasuk riba yang diharamkan oleh Allah dan Rasul -Nya. Dia adalah sebuah kartu yang dikeluarkan oleh Bank setelah mengeluarkan uang dengan jumlah tertentu, yang disebut dengan uang biaya pengluaran kartu. Dan berhak bagi orang yang memilikinya untuk membeli barang apapun dan kebutuhan apapun dengan syarat agar pemilik kartu mengembalikan harga barang yang telah diambil pada waktu tertentu dan jika tidak dibayar maka setiap satu hari keterlambatan akan menjadi bunga yang ditanggung pemilik kartu”.[5]

Di antara bentuk memakan harta orang lain secara zalim adalah zalim pada gaji para pegawai dan tidak memberikan hak-hak mereka pada waktunya. Di antara bentuk memakan harta yang diharamkan yang kita lihat banyak terjadi di pasar-pasar adalah bersumpah dengan sumpah yang dusta dan menipu dalam bertransaksi dan yang lainnya.

Orang yang memakan harta yang diharmkan akan diancam dengan azab baik dunia, di dalam kuburnya dan di hari kiamat kelak.

Adapun ancaman siksa di dunia adalah kerugian secara materi, Allah mencabut harta yang telah didapatkannya dan mengambil keberkahannya atau diberikan penykit pada badannya, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah: 276)

Adapun ancaman azab yang akan didapatkannya di dalam kubur adalah apa yang disebutkan di dalam sebuah hadits bahwa seorang budak bernama Mud’im, dia pernah bersama Nabi Muhammad SAW, ikut dalam perang Khaibar setalah terkena sebuah panah yang nyasar. Maka para shahabat R.A berkata: Selamat, dia telah mati syahid, maka Nabi bersabda: Tidak, demi yang jiwaku berada ditangan -Nya, sesungguhnya kain woll yang didapatkannya pada hari Khaibar termasuk harta rampasan perang dan belum dibagi, dia akan terbakar api dengannya. Lalu pada saat para shahabat mendengar hal tersebut maka mereka berdatangan dengan membawa seutas atau dua utas tali sandal kepada Nabi lalu beliau bersabda: Satu atau dua utas tali sandal adalah dari api neraka”.[6]

Kain ini adalah baju luar yang harganya beberapa dirham saja namun walau demikian orang yang mengambilnya tidak selamat dari siksa memakakan harta yang haram.

Adapun azab yang akan didapatkannya di akherat adalah dari Ka’ab bin Ajrah bahwa sesungguhnya Nabi berkata kepadanya: Wahai Ka’ab tidaklah suatu daging tumbuh dari makanan yang haram kecuali api neraka lebih utama baginya”.[7]

Di antara akibat memakan harta yang haram adalah tidak dikabulaknnya do’a dan ibadah.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Wahai sekalian manusia, sesunggunya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik dan Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul. Allah Ta’ala berfirman:

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mu’minun: 51)

Dan Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu (QS. Al-Baqarah: 172)

Kemudian beliau menceritakan tentang kisah seorang lelaki yang berjalan jauh, rambut kusut dan berdebu, menengadahkan tangannya ke langit seraya berdo’a dengan mengatakan: Ya rabb, ya rabb sementara makanannya haram, minumannya haram dan pakiannya haram serta diberikan makan dari sumber yang haram, lalu bagaiaman do’anya bias dikabulkan”.[8]

Hadits ini menjelaskan tentang sebuah peringatan terhadap sebagain orang yang telah terjebak dalam tipu daya setan. Setan telah memperdaya mereka dengan memperindah keburukan di pandangan mereka. Engaku melihat mereka memakan barang-barang yang haram bahkan berinfaq dari harta yang haram tersebut untuk beramal shaleh, seperti membangun mesjid, sekolah, menggali sumur atau jalur-jalur yang lainnya, sementara mereka mengira kalau mengerjakan perbuatan ini akan membebaskan mereka dari tanggung jawab, maka orang seperti ini disiksa dua kali:

Pertama: Sesungguhnya Allah tidak menerima amal shaleh yang mereka biayai dari harta-harta yang haram, berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “…sesunggunya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik”.[9]

Kedua: Allah menyiksa mereka karena harta yang haram ini dan mereka akan dihisab dengannya pada hari kiamat.

Dari Khaulah Al-Anshariyah R.A bahwa Nabi bersabda: Sesungguhnya ada sebagain orang yang menenggelamkan diri mereka pada harta milik Allah tanpa hak, maka mereka akan mendapatkan neraka pada hari kiamat”.[10]

Supyan Atsauri berkata: Barangsiapa yang menginfakkan harta yang haram dalam pelaksanaan ketaatan sama seperti orang yang mensucikan pakaian dengan air kencing, padahal pakaian tidak bisa disucikan kecuali dengan air dan dosa tidak disucikan kecuali dengan yang halal. Ya Allah!, Cukupkanlah kami dengan sesuatu yang halal dari hal-hal yang haram, dan Cukupkanlah kami dengan karunia -Mu dari selain diri -Mu.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya.

[1] Tafsir Ibnu Katsir: 1/224-225
[2] Sunan Turmudzi: 4/569 no: 2336

[3] Shahih Bukhari: 2/84 no: 2083 dan dia berkata: Hadits hasan shahih dan dishahihkan oleh Al-Bani di dalam shahihul jami’us shagir 1/430 no: 2148

[4] Shahih Bukhari: 2/74 no: 2051 dan shahih Muslim: 3/1219-1220 no: 1599

[5] Fatwa no: 17611

[6] Shahih Bukhari: 4/230 no: 6707

[7] Bagian dari hadits di dalam sunan Turmudzi: 2/512 no: 614

[8] Shahih Muslim: 2/73 no: 1015

[9] Shahih Muslim: 2/73 no: 1015

[10] Shahih Bukhari: 2/393 no: 3118

Hal-Hal Yang Harus di Ketahui oleh Setiap Muslimah


Kebanyakan saudari muslimah secara tidak sadar atau karena belum tahu hukumnya dalam islam, melakukan hal-hal yang tidak sesuai syariat islam. Hal-hal yang dilarang keras bahkan pelakunya diancam siksaan yang pedih. Padahal Allah sudah memberikan tuntunan dan peringatan serta balasan atas perbuatan yang dilakukan. Dalam tulisan ini akan kami jelaskan beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui kemudian dilaksanakan oleh setiap wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir dalam kehidupan mereka sehari-hari, hal-hal tersebut diantaranaya:

Kewajiban memakai Jilbab
Masih saja ada yang menanyakan(menyangsikan) kewajiban berjilbab. Padahal dasar hukumnya sudah jelas yaitu:

Surat Al-Ahzab ayat 59 (33:59) : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan hijab keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebihi mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Surat An-Nuur: ayat 31 (24:31) : Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasanny, kecuali yang biasa tampak padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putri mereka atau putra-putri suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau buda-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung ”

“(Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”. (An-Nuur:1)

Ayat pertama Surat An-Nuur yang mendahului ayat-ayat yang lain. Yang berarti hukum-hukum yang berada di surat itu wajib hukumnya.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya:

“Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi (yang bukan mahram/halal nikah), kecuali yang tidak mungkin disembunyikan.”

Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya.
“Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.”

Al-Qurthubi berkata: Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya :

“Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.” Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Semoga Allah memberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya.”

Juga berdasarkan sabda Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam:

“Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu,

seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka,

seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta

seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj.

Ketiganya itu tidak akan ditanya.” (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

Masihkah menyangsikan kewajiban mamakai Jilbab?

Menggunjing, Gosip = Ghibah.

Maaf saudari muslimah, ini juga sangat2 sering dilakukan tanpa sadar. Begitu saja terjadi dan tiak terasa bahwa itu salah satu dosa, karena begitu biasanya. Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah berikut ini:

“Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.

” Si penanya kembali bertanya,

“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ?”

Rasulullah menjawab,

“kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwa definisi ghibah yaitu menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Allah sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah berfirman:

” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Menjaga Suara

Suara empuk dan tawa canda seorang wanita terlalu sering kita dengarkan di sekitar kita, baik secara langsung atau lewat radio dan televisi. Terlebih lagi bila wanita itu berprofesi sebagai penyiar atau MC karena memang termasuk modal utamanya adalah suara yang indah dan merdu. Begitu mudahnya wanita memperdengarkan suaranya yang bak buluh perindu, tanpa ada rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Dia telah memperingatkan:

“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah bersabda :

“Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).

Sebagai muslimah harus menjaga suara saat berbicara dalam batas kewajaran bukan sengaja dibikin mendesah-desah, mendayu-dayu, merayu, dan semisalnya. Wallahu a’lam

Mencukur alis mata.

Abdullah bin Mas’ud RadhiyAllohu ‘anhu, dia berkata :

“Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknat wanita yang mencukur alisnya dan wanita yang minta dicukurkan alisnya, wanita yang minta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua merubah ciptaan Alloh”.

Mencukur alis atau menipiskannya, baik dilakukan oleh wanita yang belum menikah atau sudah menikah, dengan alasan mempercantik diri untuk suami atau lainnya tetap diharamkan, sekalipun disetujui oleh suaminya. Karena yang demikian termasuk merubah penciptaan Allah yang telah menciptakannya dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Dan telah datang ancaman yang keras serta laknat bagi pelakunya. Ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.

Memakai Wangi-wangian: Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasannya ia berkata:

Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda:

“Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (Al-Hakim II/396 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasannya Nabi bersabda shalallohu ‘alahi wa sallam:

“Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka jangan sekali-kali mendekatinya dengan (memakai) wewangian.” (Muslim dan Abu Awanah).

Dari Musa bin Yasar dari Abu Hurairah: Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian tercium olehnya. Maka Abu Hurairah berkata :

Wahai hamba Allah ! Apakah kamu hendak ke masjid ? Ia menjawab : Ya. Abu Hurairah kemudian berkata : Pulanglah saja, lalu mandilah ! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah bersabda : “Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangian menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi.” (Al-Baihaqi III/133).

Alasan pelarangannya sudah jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu birahi. Ibnu Daqiq Al-Id berkata :

“Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki” (Al-Munawi : Fidhul Qadhir).

Syaikh Albani mengatakan: Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya ? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu jauh lebih haram dan lebih besar dosanya. Berkata Al-Haitsami dalam AZ-Zawajir II/37

“Bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai wewangian dan berhias adalah termasuk perbuatan dosa besar meskipun suaminya mengizinkan”.

Selanjutnya tentang pakaian seorang muslimah. Fenomena jilbab sangat bagus saat ini, tetapi sangat disayangkan dalam pelaksanaannya masih jauh dari yang disyariatkan, jilbab gaul istilahnya.

6. Memakai Pakaian transparan dan membentuk tubuh/ketat

Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali tidak trasparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : “Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk.” (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232).

Di dalam hadits lain terdapat tambahan yaitu : “Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR.Muslim).

Ibnu Abdil Barr berkata :

“Yang dimaksud oleh Nabi adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dans tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”(Tanwirul Hawalik III/103).

Dari Abdullah bin Abu Salamah, bahawsanya Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju Qibtiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata :

“Jangan kamu pakaikan baju ini untuk istri-istrimu !. Seseorang kemudian bertanya : Wahai Amirul Muminin, Telah saya pakaikan itu kepada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupun belakang, namun aku tidak melihatnya sebagai pakaian yang tipis !. Maka Umar menjawab : Sekalipun tidak tipis,namun ia menggambarkan lekuk tubuh.” (H.R. Al-Baihaqi II/234-235).

Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah shalallohu 'alahi wa sallam pernah memberiku baju Qibtiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku.

Nabi bertanya kepadaku:

“Mengapa kamu tidak mengenakan baju Qibtiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaikan baju itu pada istriku.

Nabi lalu bersabda :

“Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Qibtiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (Ad-Dhiya Al-Maqdisi : Al-Hadits Al-Mukhtarah I/441).

Aisyah pernah berkata: ” Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian : Baju, jilbab dan khimar. Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya (Ibnu Sad VIII/71).

Pendapat yang senada juga dikatakan oleh Ibnu Umar : Jika seorang wanita menunaikan shalat, maka ia harus mengenakan seluruh pakainnya : Baju, khimar dan milhafah (mantel)” (Ibnu Abi Syaibah: Al-Mushannaf II:26/1).

7. Memakai Pakaian menyerupai pakaian Laki-laki.

Karena ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya. Dari Abu Hurairah berkata:

“Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (Al-Hakim IV/19 disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Abdullah bin Amru yang berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallohu 'alahi wa sallam bersabda: “Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.” (Ahmad II/199-200)

Dari Ibnu Abbas yang berkata: Nabi shalallohu 'alahi wa sallam melaknat kaum pria yang bertingkah kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang bertingkah kelaki-lakian. Beliau bersabda :

“Keluarkan mereka dari rumah kalian. Nabi pun mengeluarkan si fulan dan Umar juga mengeluarkan si fulan.”

Dalam lafadz lain : “Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria.” (Al-Bukhari X/273-274).

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shalallohu 'alahi wa sallam bersabda:

“Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan
memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).” (Al-Hakim I/72 dan IV/146-147 disepakati Adz-Dzahabi).

Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Ini bersifat umum, meliputi masalah pakaian dan lainnya, kecuali hadits yang pertama yang hanya menyebutkan hukum dalam masalah pakaian saja.

8. Memakai Pakaian menyerupai pakaian Wanita Kafir

Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakain khas mereka. Dalilnya Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya :

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik (Al-Hadid:16).”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya:

“Janganlah mereka seperti...” merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan (Al-Iqtidha... hal. 43).

Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan ayat ini (IV/310): Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Allah berfirman :

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad).“Raaina” tetapi katakanlah “Unzhurna” dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih” (Q.S.Al-baqarah:104).

Lebih lanjut Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (I/148): Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mnyerupai ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir. Sebab, orang-orang Yahudi suka menggunakan plesetan kata dengan tujuan mengejek.

Jika mereka ingin mengatakan “Dengarlah kami” mereka mengatakan “Raaina” sebagai plesetan kata “ruunah” (artinya ketotolan) sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 46. Allah juga telah memberi tahukan dalam surat Al-Mujadalah ayat 22, bahwa tidak ada seorang mu’min yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mu’min, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.

Sumber:

mediamuslim.info
vbaitullah.com

Inteam - Allahu Rabbi


Meraih Kelazatan Beribadah


Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du.

Di antara anugrah Allah kepada hambaNya adalah kelezatan dalam beribadah, yang aku maksudkan adalah apa yang dirasakan oleh seorang muslim dari ketenangan jiwa dan kebahagian kalbu, lapang dada dalam menjalankan beribadah, dan kelezatan yang dirasakan oleh seorang hamba akan berbeda-beda tergantung pada kekuatan dan kelemahan iman seseorang. Allah SWT berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. QS. Al-Nahl: 97

Seyogyanya bagi seorang muslim untuk berusaha semaksimal mungkian agar dirinya bisa merasakan kelezatan dalam beribadah. Nabi saw bersabda kepada Bilal: “Bangkitlah wahai Bilal dan tenangkanlah kita dengan shalat”, karena beliau merasakan kelezatan dan kebahagian hati yang tinggi padanya, dan Nabi saw memanjangkan shalat malam sebagai bukti atas yang dirasakannya berupa ketenangan dan kebahagiaan bermunajat kepada Allah. Dan kebenaran perkara ini telah disebutkan di dalam firman Allah swt. Allah swt berfirman:

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”, QS. Al-Baqarah: 45

Dan Mu’adz bin Jabal menangis pada saat kematiannya dan ditanyakan kepadanya perihal tersebut, dia menjawab: Aku hanya menangis karena akan meninggalkan kehausan saat meninggalkan kelezatan makanan dan berkumpul besama para ulama pada halaqah-halaqah zikir.

Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata: Sesungguhnya di dalam dunia ini ada surga di mana jika seseorang tidak memasukinya maka dia tidak akan bisa memasuki surga akherat”.[1]

Seorang ulama salaf berkata: Orang-orang miskin penghuni dunia adalah orang yang keluar meninggalkan dunia sementara dia tidak merasakan kelezatan apa yang ada padanya, dikatakan kepadanya: Apakah yang paling lezat di dunia ini?. Dia menjawab: Mencintai Allah dan mengenalNya serta berdzikir kepadaNya atau yang serupa dengannya”.[2]

Dan Nabi saw menjelaskan bahwa ketaatan itu memiliki kelezatan yang bisa dirasakan oleh orang yang beriman.

Dari Anas ra bahwa Nabi saw bersabda: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya keimanan: Allah dan RasulNya lebih dicintainya dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada keburukan sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api neraka”.[3]

Di dalam sebuah riwayat disebutkan: Orang yang dicampakkan ke dalam api lebih disukainya daripada kembali kepada Yahudi atau Nashrani”.[4]

Di antara cara meraih kelezatan di dalam beribadah adalah:

1. Berusaha semaksimal mungkin untuk selalu taat kepada Allah sehingga dia terbiasa dan senang dengannya. Terkadang jiwa ini menjauh pada permulaan langkah mengawali usaha namun jika dia tetap telaten mengencangkan lengan bajunya, dan dia memiliki keinginan yang tinggi maka dia insyallah akan mendapatkannya. Maka urusan ini menuntut kesabaran dan kekuatan menanggung derita. Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. QS. Ali Imron: 200.

Allah swt berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. QS. Thaha: 132

Dari Fudholah bin Ubaidillah ra bahwa Nabi saw bersabda: Mujahid yang sebenarnya adalah orang yang berjihad melan hawa nafsunya karena Allah”.[5]

Seorang ulama salaf berkata: Aku senantiasa mengarahkan jiwaku agar beribadah kepada Allah padahal dia menangis dan mengeluh, sehingga aku tetap mengarahkannya sementara dia telah tersenyum (menikmati ibadah).

Ibnu R ajab berkata: Ketahuilah bahwa jiwamu itu bagai tungganganmu, jika dia mengetahui dirimu sedang bersemangat maka diapun bersemangat dan jika dia mengetahui bahwa dirimu sedang merasakan kemalasan maka dia menuntut darimu dan meminta bagian istirahat memenuhi syahwat”.[6]

Seorang penyair berkata:

Aku akan menundukkan kesulitan dengan mudah atau asaku tercapai

Sebab tidaklah angan-angan itu tunduk kecuali kepada orang yang sabar

Kedua: Menjauhi dosa baik yang kecil atau besar. Sesungguhnya kemaksiatan adalah dinding yang menghalangi seseorang merasakan kelezatan beribadah, karena dia melahirkan kekerasan hati, kekasaran dan kegersangan jiwa. Sebagian ulama salaf berkata: Allah tidak menghantam seseorang dengan siksa yang lebih besar dari pada hati yang kasar”.

Ibnul Qoyyim rahimullah berakata: Setiap kali dosa-dosa menumpuk maka kegelisahan akan meningkat, dan kehidupan yang paling pahit adalah kehidupan orang yang dihantui rasa gelisah dan takut dan hidup yang paling indah adalah kehidupan orang yang tenang, seandainya orang yang berakal melihat dan membandingkan kelezatan bermaksiat, dan apa-apa yang diakibatkannya dari rasa takut dan gelisah, maka di sanalah dia menyadari keburukan keadaannya dan ketertipuannya, yaitu pada saat seseorang telah menggadai ketanangan kemanan dan kemanisan beribadah dengan kegelisahan maksiat dan apa-apa yang dilahirkannya dari sifat rasa takut dan bahaya yang diakibatkannya”.[7]

Syaikhul Islam rahimhullah berkata: Jika engkau tidak mendapatkan suatu pekerjaan tidak mendatangkan ketenangan di dalam hatimu dan kelapangan bagi dadamu maka hendaklah engkau mewaspadainya, sebab Allah Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha Bersyukur, yaitu Dia pasti memberikan balasan bagi amal hambaNya yang telah dikerjakannya di dunia memberikan rasa lezat di dalam hatinya, kekuatan dan kelapangan serta kesenangan dan jika dia tidak mendapatkan hal tersebut berarti amal itu telah bercampur dengan sesuatu yang lain”.[8]

Supyan ATsauri berkata: Aku tercegah mengerjakan bangun malam akibat suatu dosa yang pernah aku lakukan”.[9]

Wuhaib bin Al-Ward ditanya: kapankah seseorang kehilangan kelezatan beribadah?. Apabila dia terjerembab dalam kemaksiatan atau setelah dia selesai menjalankannya?. Dia menjawab: Seseorang akan kehilangan lezatnya beribadah pada saat dia ingin melakukan maksiat.

Ketiga: Meninggalkan makanan, minuman dan pembicaran serta pandangan yang berlebihan, maka cukup bagi seorang muslim untuk memakan makanan dan meminum minuman yang bisa membantunya menunaikan ibadah dan amalnya, maka janganlah dia makan dan minum secara berlebihan. Allah swt berfirman:

وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. QS. Al-A’raf: 31

Dari Miqdad bin Ma’di Kari ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidaklah seorang anak Adam mengisi sebuah bejana yang lebih buruk dari perutnya, maka cukup bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, namun jika hal itu mesti dilakukan maka hendaklah dia mengisi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya”.[10]

Seorang ulama salaf berkata: Ketenangan hati pada sedikitnya dosa dan ketenangan perut pada sedikitnya makanan dan ketenangan lisa pada sedikitnya berbicara. Dan aku mengakhiri dengan perakataan Ibnul Qoyyim rahimhullah di mana berkata: Janganlah engkau menyangka bahwa firman Allah yang mengatakan:

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. QS. Al-Infithar: 13-14)) khusus terjadi pada hari kebangkitan semata, namun mereka mendapat kenikmatan pada tidak fase kehidupan dan mereka yang lain mendapat siksa neraka jahim pada tiga fase kehidupan, kelezatan dan kenikmatan apakah di dunia ini selain baiknya hati dan kelapangan dada, ma’rifat kepada Allah serta mencintaiNya dan beramal sesuai dengan apa yang dikehendakiNya, dan bukankah kehidupan yang sebenarnya itu kecuali kehidupan hati yang sehat? Allah swt telah memuji Nabi Ibrahim alaihis salam karena hatinya yang selamat. Allah swt berfirman:

وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ إِذْ جَاء رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. QS. Al-Shoffat: 83-84

Allah menceritakan tentang hati di dalam firmanNya:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَإِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, QS. Al-Syu’ara’: 88-89

Dan hati yang selamat adalah hati yang selamat dari kesyirikan, rasa dengki, hasad, iri, pelit, sombong dan ambisi terhadap dunia dan jabatan. Dia selamat dari segala bencana yang menjauhkannya dari Allah, dan selamat dari segala syubhat yang bertenentangan dengan apa diberitakan olehNya, dan selamat dari syahwat yang melawan perintahNya, selamat dari segala keinginan yang menyaingi kehendakNya, selamat dari segala sesuatu yang memutusakannya dari Allah, hati yang selamat ini berada dalam surga yang disegerakan di dunia ini, mendapat kenikmatan di dalam alam Barzakh dan kenikmatan pada hari pembalasan”.[11]

Keempat: Hendaklah seorang hamba merasakan bahwa ibadah yang dilakukannya ini, baik shalat, puasa, haji dan shadaqah adalah sebagai waujud ketaatan dirinya kepada Allah dan guna mengharap keridhaan Allah, dan ibadah ini sebagai perbuatan yang disenangi oleh Allah dan diridhaiNya dan ibadah inilah yang akan mendekatkan dirinya kepada Allah swt.

Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi hambaKu maka aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepadaku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah aku wajibkan baginya, dan hambaku senantisa beribadah kepadaku dengan ibadah-ibadah yang sunnah sehingga aku mencintainya, maka jika aku mencintainya maka aku menjadi pendengaran yang dipergunakannya untuk mendengar, menjadi pandangannya yang dipergunakannya untuk melihat, menjadi tangannya yang dipergunakan untuk memegang, dan menjadi kaki yang dipergunakan untuk melangkah, jika dia meminta kepadaku niscaya aku mengasihinya dan jika meminta ampun kepadaKu niscaya Aku akan mengampuninya dan jika dia berlindung denganKu niscaya Aku pasti melindunginya, dan tidaklah aku pernah ragu melakukan sesuatu seperti keraguan diriku mengambil nyawa seorang yang beriman, dia membenci kematian dan Aku tidak suka berbuat buruk kepadanya”.[12]

Kelima: Hendaklah seorang hamba menyadari bahwa semua ibadah yang dilakukannya ini tidak sia-sia dan tidak akan menghilang, sebagaimana punahnya harta duniawi, baik harta dan jabatan serta kelezatannya, bahkan seorang hamba akan merasakan kelezatannya bahkan itulah yang paling dibutuhkannya, bahkan juga dia akan mendapatkan buahnya di dunia selain dari apa yang akan disimpankannya baginya oleh Allah di akherat dan itu adalah balasan yang paling mulia dan besar. Maka barangsiapa yang menyadarinya niscya dia tidak akan menghiraukan jika gagal meraih dunia dan merasa senang dengan ibadah yang telah dirasakan manisnya ini. Allah swt berfirman:

وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا

Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. QS. Thaha: 112

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Abbas bin Abdul Muththalib ra bahwa Nabi saw bersabda: Orang yang akan merasakan ledzatnya keimanan adalah orang yang rela Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasul utusan Allah”.[13]

Di dalam Ashahihaini dari hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang berinfaq dengan dua pasang di jalan Allah maka dia akan diseur dari pintu surga: Wahai hamba Allah ini adalah lebih baik, maka barangsiapa yang termsuk orang yang ahli shalat maka dia akan dipanggil dari pintu shalat, dan barangsiapa yang termasuk ahli jihad maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu jihad, serta barangsiapa yang termasuk ahli puasa maka dia akan diseur dari pintu Al-Rayyan, dan barangsiapa yang termasuk ahli shadaqah maka dia akan dipanggil dari pintu shadaqah”.[14]

by Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

[1] Al-Wabilus Shayyib minal kalimit Thayyib, halaman: 81
[2] Al-Wabilus Shayyib minal kalimit Thayyib, halaman: 82

[3] Shahih Bukhari 4/284 no: 6941 dan Muslim: 1/66 no:43

[4] Shahih Muslim: 1/67 no: 43

[5] Bagian dari hadits di dalam kitab sunan Tirmidzi: 4/165 no: 1621

[6] Disadur dari kitab: Ladzdzatul Ibadah: halaman: 12

[7] Al-Da’ Wa dawa’: halaman: 104

[8] Tahdzib Madarijus salikin: halaman: 312

[9] Ladzdzatul Ibadah: hal: 18

[10] Sunan Turmudzi: 4/590 no: 2380 dan dia berkata hadits hasan shahih

[11] Al-Da’u Wa Dawa’, halaman: 165-166

[12] Bukhari: 6502

[13] Muslim: 24

[14] Shahih Bukhari : 1897 dan Muslim: 1027

Throwing Culture to the Wind (The sorry state of Muslims today)


The first eighty or so years after the Prophet (peace be upon him) were the best time in all human history in which to live. Pure, true, uncorrupted Islam was practiced and spread. In His Infinite Wisdom, Allah revealed the Qur'an in Arabic to Arabic speaking people. These same people, only had to hear the Qur'an and immediately they understood its significance. The greatest thing in their culture was their depth of understanding of the pure Arabic language. Islam was the means of transforming them into the most outstanding civilization of all time.
Whenever Islam spread, naturally the Arabic language was learned and hence the doors to Islamic knowledge were opened. Indeed the love for learning and spreading true knowledge was an essential part of life.

Time through the ages and the ebb and flow of Islamic resurgence continues - parallel to the obedience or disobedience of the people. Islam, like waves on an ocean, ever flowing, moving across time - sometimes strong and resilient and at other times weak and helpless. The moment the individual and hence the society, lets go of the Trustworthy Handhold; the moment they feel self reliant; the moment they choose to knowingly disobey Allah the Creator of all - that, is the moment when the ever waiting tides of evil will overcome the 'Islam' of the people, for truly Islam is submission and obedience to Allah and His Prophet (peace be upon him).
Today the Muslims are a fragmented group, reveling in nationalism, self- glorification and desire for the world. They often carry their Islam as a kind of insurance card, ready to use it when necessary, thinking that their recitation of the Shahadah will alone save them from the evil consequences of their deeds.

We hear about Islamic culture in this pro-multicultural world of the new age, as if Islam is a cloak we choose to wear while other's cultures are deemed equal in beauty and truth. But is Islam really culture? We have Turkish culture, Lebanese culture, Asian culture and Western culture and then we have Islam. Islam is 'the' way of life prescribed by the Creator for His creation. It contains no manmade elements; choice remains either in obedience or disobedience to the Creator. Hence freedom is an illusion.

Unfortunately however, throughout the world we have the notion of 'culture' seeping through to the mosques and those who desire to govern them. Each ethnic group believing it has a more legitimate right to lead, govern and control. In this process the beauty of Islam; the spiritual and practical manifestation of the love and fear of Allah - courage, loyalty, forbearance, trustworthiness, honesty, punctuality and piety have been squeezed out of modern day 'cultural Islam.'

An unidentifiable mixture of one's culture and Islam often masks the beauty of the era of the Prophet (peace be upon him). The Arabic language is no longer sought like before, and understanding the Qur'an in Arabic is no longer a priority. In doing so, we have lost the essence!
How much thinking is controlled by family and societal expectations, which contain a smattering of superficial Islamic manners and 'traditions', acting as a façade against self-centered nationalism?

What a sorry state we are in! The Zionist enemy sits and watches us destroy ourselves through our own neglect, as we leave the essence of Islam - the sincere obedience to Allah and His Prophet (peace be upon him) and commitment and sacrifice in His way along with a burning desire to learn, learn, learn!

By the time we have finished whittling away our Islamic foundation, the enemies of Allah, will have no need to work so hard to complete the final bricks of modern day colonialism. A large majority of Muslims have already adopted their language, their fashions, their manners, and their habits. They praise their tyranny and send their precious children to their schools. What is left of our Islam?
Come on! Let's shake off the shackles of cultural thinking, nationalist pride and love of the West and sincerely follow the Prophet (peace be upon him) who was sent by Allah the Almighty to be our example.
Let's turn to the Creator. Put our foreheads on the ground in humility and obedience and then, I'm sure, that Allah will turn in His Mercy to those who truly seek His pleasure. On that day, the enemies of Allah will scatter amidst their evil plans and will destroy themselves, as we have nearly done.

And Allaah Knows best.

Jazak Allaah Khair for reading

Tuesday, November 23, 2010

Prophet mohammad said this 1400 yrs ago!


Take a look.... Now this is told 1400yrs ago!!!!

* Camels will no longer be used as a means of transport;
* People will ride on saddles that aren't saddles (cars?)
* The distance on earth will become short;
* Horses will not be used in wars;
* Muslims will defeat the Byzantines which will end with the
conquest of Constantinople Istanbul);
* The Jews will gather again to live in Bilad Canaan;
* Very tall buildings will be built;
* The disappearance of knowledge and the appearance of ignorance,
with much killing;
* Adultery will become widespread, and the drinking of wine will
become common;
* The number of men will decrease and the number of women will
increase until there are 50 women to be looked after by one man.
* Islam will become worn out like clothes are, until no one will
know what fasting, prayer, charity and rituals are;
* Allah will send a disease to fornicators that will have no cure
(Aids?);
* People will begin to believe in the stars and reject AL QADAR (THE
DIVINE DECREE OF DESTINY);
* Men will pass by people's graves and say: 'Would that I were in
his place'; (large amount of sucidal deaths?)
* The Euphrates will uncover a mountain of gold for which people
will fight over (the river of Alfurat that lies near Syria );
* Two large groups of people will fight one another, and there will
be many casualties; they will both be following the same religion
World War II?);
* Approximately 30 DAJJALS will appear, each one claiming to be
the messenger of ALLAH;
* Earthquakes will increase; * Time will pass quickly;
* Afflictions will appear;
* Killing will increase;
* Wealth will increase;
* Women will be wearing clothes but not wearing clothes

* THE PROPHET (saw) SAID: 'IF MY UMMAH BEARS 15 TRAITS
(QUALITIES), TRIBULATION WILL FOLLOW IT.' (DAY OF JUDGEMENT) SOMEONE
ASKED,'WHAT ARE THEY O MESSENGER OF ALLAH?' HE (saw) SAID:

* When any gain is shared out only among the rich, with no benefit
to the poor;
* When a trust becomes a means of making profit;
* When paying ZAKKAT becomes a burden;
* When voices are raised in the mosque;
* When the leader of a people is the worst of them; when people
treat a man with respect because what he may do;
* When much wine is drunk; red wind or the earth swallow them, or to
be transformed into animals.'
* 'IMRAN IBN HUSAYN SAID: 'THE PROPHET (AS) SAID, 'SOME PEOPLE OF
THIS UMMAH WILL BE SWALLOWED BY THE EARTH, TRANSFORMED INTO ANIMALS,
AND SOME WILL BE BOMBARDED WITH STONES'. ONE OF THE MUSLIMS ASKED,
WHEN WILL THAT BE O MESSENGER Of ALLAH?' HE SAID, 'WHEN SINGERS AND
MUSICAL INSTRUMENTS WILL BECOME POPULAR, AND MUCH
WINE IS DRUNK.'' THE GREATER SIGNS OF THE HOUR The Quran will
disappear in one night, even from the people's hearts, and no Ayah
will be left on earth. (Some groups of old people will be left who
will say: 'We heard of fathers' saying 'LAILLAHA ILLA ALLAH' so we
repeat it);

* The appearance of the MAHDI;
* The appearance of the DAJJAL (Anti Christ); * The appearance of
Ya'juj and Ma'juj (biblical Gog and Magog);
* Isa (Jesus) will come during the time of Dajjal;
* The rising of the sun from the west;
* The destruction of the Ka'ba and the recovery of its treasures;
* The smoke.

Ramai yang Masih Tidak Solat


“Sejumlah 80 peratus umat Islam di Malaysia masih tidak menyempurnakan solat lima waktu dalam sehari”. Anda mungkin terkejut dengan data ini tetapi itulah hakikatnya. Dalam satu kajian yang telah dilakukan oleh tokoh motivasi terkenal di Malaysia, Dato’ Dr. Mohd Fadzilah Kamsah, bahawa sejumlah 80 peratus umat Islam di Malaysia masih tidak menyempurnakan solat lima waktu dalam sehari. Peratusan angka ini diperoleh melalui tinjauan beliau menerusi program-program ceramah dan motivasi, yang dijalankan di seluruh negara serta pemerhatian terhadap gaya hidup masa kini.

Menurut Dato’ Dr. Mohd Fadzilah Kamsah antara golongan yang kerap meninggalkan ibadah solat ini ialah golongan para pelajar sekolah, golongan belia, pekerja kilang, anggota pasukan seragam dan juga para peniaga (Utusan Malaysia 2008, 23 Jun).

Menurut kajian itu lagi hanya sekitar 17 hingga 20 peratus yang menunaikan solat fardu cukup lima waktu dalam sehari, sementara bagi pelajar -pelajar sekolah menengah, iaitu hanya 15 peratus sahaja mengakui bersembahyang lima kali sehari. dan fakta ini ternyata menyamai dapatan kajian yang menunjukkan bahawa sejumlah 86.2% responden mengakui kerap meninggalkan solat dan sejumlah kecil responden yang melaksanakan solat dengan secukupnya.

Selain dari itu kadar pelaksanaan yang rendah dalam ibadah solat di kalangan responden dalam kajian ini juga mungkin dapat dikaitkan dengan tahap pengetahuan dan kemahiran responden dalam menunaikan ibadat tersebut. Apakah faktor yang menyebabkan jumlah besar responden tidak menunaikan solat dalam kehidupan mereka? Persoalan ini mungkin tidak dapat diselesaikan dengan menjaga fakta-fakta atau cara melaksanakan solat. Sesungguhnya ia melibatkan banyak faktor lain termasuk motivasi pelaksanaan solat dan ibadat. Menurut al-Kumayi (2009) terdapat tiga halangan dalam melaksanakan ibadah iaitu:

Malas (kasal) mengerjakan ibadat kepada Allah, sedang setiap insan sanggup dan berupaya melakukan ibadah.

Lemah fikiran (futur) atau tidak memiliki tekad yang kuat kerana terpengaruh dengan kehidupan dunia.

Bosan (malal) atau cepat berasa bosan melakukan ibadah sedangkan tujuan belum tercapai.

Sesungguhnya amalan atau perbuatan meninggalkan solat ini merupakan masalah yang serius atau cukup barat, kerana baik buruknya perlakuan seseorang itu sangat dipengaruhi oleh solatnya. Jika ibadah solatnya baik, dilakukan dengan peluh kesempurnaan yang merangkumi aspek rukun, syarat dan penuh khusyuk ia akan dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Aspek ini menjadi jawapan kepada pelbagai masalah yang timbul dalam organisasi atau pun yang melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syarak.

Logiknya Solat dalam Sudut Pandangan Sains


Seorang professor fizik di Amerika Syarikat telah membuat satu kajian tentang kelebihan solat berjemaah yang disyariatkan dalam Islam. Katanya tubuh badan kita mengandungi dua cas elektrik iatu cas positif dan cas negatif. Dalam aktiviti harian kita sama ada bekerja, beriadah atau berehat, sudah tentu banyak tenaga digunakan.
Dalam proses pembakaran tenaga, banyak berlaku pertukaran cas positif dan cas negatif, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh kita.

Ketidakseimbangan cas dalam badan menyebabkan kita rasa letih dan lesu setelah menjalankan aktiviti seharian. Oleh itu cas-cas ini perlu diseimbangkan semula untuk mengembalikan kesegaran tubuh ke tahap normal.

Berkaitan dengan solat berjemaah, timbul persoalan di minda professor ini mengapa Islam mensyariatkan solat berjemah dan mengapa solat lima waktu yang didirikan orang Islam mempunyai bilangan rakaat yang tidak sama.

Hasil kajiannya mendapati bilangan rakaat yang berbeza dalam solat kita bertindak menyeimbangkan cas-cas dalam badan kita. Semasa kita solat berjemaah, kita disuruh meluruskan saf, bahu bertemu bahu dan bersentuhan tapak kaki. Tindakan-tindakan yang dianjurkan semasa solat berjemaah itu mempunyai berbagai kelebihan.

Kajian sains mendapati sentuhan yang berlaku antara tubuh kita dengan tubuh ahli jemaah lain yang berada di kiri dan kanan kita akan menstabilkan kembali cas-cas yang diperlukan oleh tubuh. Ia berlaku apabila cas yang berlebihan – sama ada negatif atau positif akan dikeluarkan, manakala yang berkurangan akan ditarik ke dalam kita. Semakin lama pergeseran ini berlaku, semakin seimbang cas dalam tubuh kita.

Menurut beliau lagi, setiap kali kita bangun dari tidur, badan kita akan merasa segar dan sihat setelah berehat berapa jam. Ketika ini tubuh kita mengandungi cas-cas positif dan negatif yang hampir seimbang. Oleh itu, kita hanya memerlukan sedikit lagi proses pertukaran cas agar keseimbangan penuh dapat dicapai. Sebab itu, solat Subuh didirikan 2 rakaat.

Seterusnya, setelah sehari kita bekerja kuat dan memerah otak semua cas ini kembali tidak stabil akibat kehilangan cas lebih banyak daripada tubuh. Oleh itu, kita memerlukan lebih banyak pertukaran cas. Solat jemaah yang disyariatkan Islam berperanan untuk memulihkan keseimbangan cas-cas berkenaan. Sebab itu, solat Zohor didirikan 4 rakaat untuk memberi ruang yang lebih kepada proses pertukaran cas dakam tubuh.

Situasi yang sama turut berlaku di sebelah petang. Banyak tenaga dikeluarkan ketika menyambung kembali tugas. Ini menyebabkan sekali lagi kita kehilangan cas yang banyak. Seperti mana solat Zohor, 4 rakaat solat Asar yang dikerjakan akan memberikan ruang kepada proses pertukaran cas dengan lebih lama.

Lazimnya, selepas waktu Asar dan pulang dari kerja kita tidak lagi melakukan aktiviti-aktiviti yang banyak menggunakan tenaga. Masa yang diperuntukkan pula tidak begitu lama. Maka, solat Maghrib hanya dikerjakan sebanyak 3 rakaat adalah lebih sesuai dengan penggunaan tenaga yng kurang berbanding 2 waktu sebelumnya.

Timbul persoalan di fikiran professor itu tentang solat Isyak yang mengandungi 4 rakaat.Logiknya, pada waktu malam kita tidak banyak melakukan aktiviti dan sudah tentu tidak memerlukan proses pertukaran cas yang banyak.

Setelah kajian lanjut, didapati terdapat keistimewaan mengapa Allah mensyariatkan 4 rakat dalam solat Isyak. Kita sedia maklum, umat Islam amat digalakkan untuk tidur awal agar mampu bangun menunaikan tahajjud di sepertiga malam. Ringkasnya, solat Isyak sebanyak 4 rakaat itu akan menstabilkan cas dalam badan serta memberikan tenaga untuk kita bangun malam (qiamullail).

Dalam kajiannya, professor ini mendapati bahawa Islam adalah satu agama yang lengkap dan istimewa. Segala amalan dan suruhan Allah Taala itu mempunyai hikmah ynag tersirat untuk kebaikan umat Islam itu sendiri. Belaiu merasakan betapa kerdilnya diri dan betapa hebatnya Pencipta alam ini. Akhirnya, dengan hidayah Allah beliau memeluk agama Islam.

Monday, November 22, 2010

Sejarah Solat Lima Waktu


Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi Terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula dikerjakan.

Subuh:
Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.

Zohor:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. iaitu tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.
Rakaat keempat: Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan dengan tebusan kibas.

Asar:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan iaitu:
Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.

Maghrib:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. iaitu ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu bersembahyang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut iaitu:
Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.

Isyak:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.
Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun

My MixPod